Semarang: Sebagian besar daerah di Jawa Tengah sudah memasuki kemarau dengan keterima sangat panjang berturut-turut tanpa hujan 31-60 hari dan kriteria Panjang 21-30 hari tanpa hujan, diminta warga di daerah itu hemat air dan waspadai potensi bahaya kebakaran baik di lingkungan, rumah maupun hutan dan lahan.
Pemantauan Senin, 24 Juni 2024 intensitas hujan di berbagai daerah di Jawa Tengah sudah berkurang, dalam beberapa hari hujan turun ringan tidak merata dan bersifat lokal hanya terjadi di sejumlah daerah di pegunungan dan dataran tinggi, itupun hanya berlangsung dengan durasi tidak lama.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Semarang menyebutkan di sebagian besar daerah di Jawa Tengah telah memasuki musim kemarau, karena telah mengalami panjangnya hari tanpa hujan (HTH) yakni durasi 31-60 hari (sangat panjang) dan 21-30 hari (panjang).
"Daerah di Jawa Tengah telah mengalami HTH 31-60 hari di Jawa Tengah yakni Wonogiri, sehingga ancaman kekeringan semakin terlihat," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Semarang lis Widya Harmoko.
Sedangkan daerah di Jawa Tengah dengan HTH kriteria panjang 21-30, lanjut Iis, meliputi Wonogiri, Purworejo, sebagian kecil Kabupaten Kebumen dan Klaten, serta HTH 11-20 hari (moderate) yakni Purworejo, Blora, Kendal, Tegal, sebagian kecil wilayah Kabupaten Wonogiri, Boyolali, Rembang, Pati, Grobogan dan Demak.
Dampak panjangnya hari tanpa hujan tersebut, ungkap Iis Widya Harmoko, adalah terjadi kekeringan dan ancaman bencana kebakaran baik itu lingkungan, hutan dan lahan.
"Diminta warga berada di daerah tersebut untuk menghemat air dan mewaspadai bencana yang mungkin muncul," ungkapnya.
Pada kondisi ini, menurut Iis, biasanya pemerintah daerah maupun provinsi akan melakukan pendistribusian bantuan air bersih, meskipun untuk pertanian di daerah dengan irigasi teknis belum begitu berpengaruh, berbeda dengan daerah dengan lahan tadah hujan mulai merasakan dampak kemarau ini.
"Secara umum musim kemarau saat ini masih dalam kondisi normal, tidak ada pengaruh El Nino, tetapi tetap harus diwaspadai potensi kekeringan," ujarnya.
Ia mengatakan kondisi tersebut berdasarkan hasil monitoring hari tanpa hujan dan analisia curah hujan yang didapat dari BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Tengah, dasarian ke-2 bulan Juni 2024, prakiraan probabilistic dasarian ke-3 bulan Juni 2024 dan prakiraan deterministik dasarian ke-3 bulan Juni 2024 sampai dengan dasarian ke-3 bulan Juli 2024.
Semarang: Sebagian besar daerah di Jawa Tengah sudah memasuki
kemarau dengan keterima sangat panjang berturut-turut tanpa hujan 31-60 hari dan kriteria Panjang 21-30 hari tanpa hujan, diminta warga di daerah itu hemat air dan waspadai potensi bahaya kebakaran baik di lingkungan, rumah maupun hutan dan lahan.
Pemantauan Senin, 24 Juni 2024 intensitas hujan di berbagai daerah di Jawa Tengah sudah berkurang, dalam beberapa hari hujan turun ringan tidak merata dan bersifat lokal hanya terjadi di sejumlah daerah di pegunungan dan dataran tinggi, itupun hanya berlangsung dengan durasi tidak lama.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Semarang menyebutkan di sebagian besar daerah di Jawa Tengah telah memasuki musim kemarau, karena telah mengalami panjangnya hari tanpa hujan (HTH) yakni durasi 31-60 hari (sangat panjang) dan 21-30 hari (panjang).
"Daerah di Jawa Tengah telah mengalami HTH 31-60 hari di Jawa Tengah yakni Wonogiri, sehingga ancaman kekeringan semakin terlihat," kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Semarang lis Widya Harmoko.
Sedangkan daerah di Jawa Tengah dengan HTH kriteria panjang 21-30, lanjut Iis, meliputi Wonogiri, Purworejo, sebagian kecil Kabupaten Kebumen dan Klaten, serta HTH 11-20 hari (moderate) yakni Purworejo, Blora, Kendal, Tegal, sebagian kecil wilayah Kabupaten Wonogiri, Boyolali, Rembang, Pati, Grobogan dan Demak.
Dampak panjangnya hari tanpa hujan tersebut, ungkap Iis Widya Harmoko, adalah terjadi kekeringan dan ancaman bencana kebakaran baik itu lingkungan, hutan dan lahan.
"Diminta warga berada di daerah tersebut untuk menghemat air dan mewaspadai bencana yang mungkin muncul," ungkapnya.
Pada kondisi ini, menurut Iis, biasanya pemerintah daerah maupun provinsi akan melakukan pendistribusian bantuan air bersih, meskipun untuk pertanian di daerah dengan irigasi teknis belum begitu berpengaruh, berbeda dengan daerah dengan lahan tadah hujan mulai merasakan dampak kemarau ini.
"Secara umum musim kemarau saat ini masih dalam kondisi normal, tidak ada pengaruh El Nino, tetapi tetap harus diwaspadai potensi kekeringan," ujarnya.
Ia mengatakan kondisi tersebut berdasarkan hasil monitoring hari tanpa hujan dan analisia curah hujan yang didapat dari BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Tengah, dasarian ke-2 bulan Juni 2024, prakiraan probabilistic dasarian ke-3 bulan Juni 2024 dan prakiraan deterministik dasarian ke-3 bulan Juni 2024 sampai dengan dasarian ke-3 bulan Juli 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)