Kepala Pelaksana BPBD Gunung Kidul Edy Basuki mengatakan, saat ini ada beberapa wilayah yang masih membutuhkan penyaluran air bersih karena mengalami krisis air akibat kekeringan.
"Distribusi air bersih kepada warga terdampak kekeringan pada 2021 ini cukup tinggi, di luar prediksi sebanyak 50 persen dari total 2.200 tangki. Pada 2020, distribusi hanya mencapai 50 persen atau sekitar 1.000 dari 2.000 tangki yang dialokasi, namun tahun ini naik drastis," kata Edy, Senin, 20 September 2021.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurut dia, tahun lalu masa musim kemarau terbilang lebih pendek dibandingkan tahun ini. Sebagai contoh, pada 2020 dropping air bersih dilakukan mulai akhir Juli hingga awal Oktober. Sedangkan untuk tahun ini, distribusi air bersih sudah dilakukan sejak awal Juli dan masih berlangsung hingga kini.
Baca juga: Diduga Melanggar Prokes, Dalih Wali Kota Malang Terobos Pantai Saat Tutup
"Krisis air tahun ini tidak separah periode 2018-2019. Kami memperkirakan krisis air bersih kali ini bisa berlangsung hingga Oktober," ujarnya.
Ia melanjutkan, ada pun beberapa kecamatan yang berpotensi akan mengajukan permohonan distribusi air jika hujan belum juga turun hingga Oktober ini, yakni Kecamatan Ngawen, Semin, dan Nglipar.
Sebelumnya, ia memperkirakan dampak krisis air di Gunung Kidul bisa meluas hingga 15 kecamatan, kecuali Playen dan Karangmojo karena wilayah itu terbebas dari masalah krisis air.
"Semoga hujan segera mengguyur DIY, khususnya Gunung Kidul, sehingga tidak ada lagi kecamatan yang krisis, kekurangan air bersih," terangnya.
Sementara itu, Camat Tanjungsari, Rakhmadian Wijayanto, mengungkapkan sampai saat ini wilayahnya masih membutuhkan distribusi air bersih.
"Ada lima desa yang berada di dataran tinggi dan berbatuan masih membutuhkan distribusi air bersih," imbuhnya.