Kepulan asap dari tanaman cabai yang dibakar perani akibat harga jual anjlok. Medcom.id/ahmad mustaqim
Kepulan asap dari tanaman cabai yang dibakar perani akibat harga jual anjlok. Medcom.id/ahmad mustaqim

Harga Anjlok, Petani di Kulon Progo Bakar Tanaman Cabai

Ahmad Mustaqim • 25 Agustus 2021 17:45
Kulon Progo: Petani cabai keriting di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) hanya bisa pasrah akibat harga jual anjlok. Sebagian petani memilih membakar tanaman cabainya sebelum panen. 
 
Seorang petani cabai di Desa Garongan, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Dwi Wahyu Adi Wibowo, memilih membakar tanaman cabai meski masih bisa berbuah. Ia memilih langkah itu karena harga jual cabai keriting di tingkat petani berkisar Rp2.500 hingga 3.000 per kilogram.
 
"Harga itu tidak seimbang dengan biaya operasional, lebih baik kami cabutin saja untuk dibakar," kata Wahyu di sela mengurungi lahan pertaniannya, Rabu, 25 Agustus 2021.

Ia mengatakan, lahannya akan kembali diolah untuk diganti tanaman lain. Sementara, cabai yang baik dan panen ia bagikan ke tetangga.
 
Wahyu menjelaskan, harga jual cabai keriting saat ini sangat tidak bisa menutup modal tanam. Menurut dia, harga jual yang standar untuk bisa menutupi biaya modal sekitar Rp10 ribu per kilogram.
 
"Sejak Agustus awal harganya anjlok. Dari sekitar Rp6 ribu per kilo(gram). Harga terendah pernah 2014, Rp1 ribu  perkilo," kata lelaki 31 tahun ini.
 
Baca: Pusat Perbelanjaan di DIY Dibolehkan Uji Coba Operasional
 
Wahyu berharap pemerintah bisa membantu menstabilkan harga cabai keriting di tingkat petani. Ia mengatakan, kebijakan PPKM menjadi salah satu penyebab kemerosotan harga cabai. Akibatnya, pengiriman cabai dari berbagai daerah ke Jakarta tersendat.
 
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, Muhammad Aris Nugroho mengeklaim sudah mengetahui situasi itu. Ia juga mengatakan anjloknya harga cabai di tingkatan petani akibat PPKM.
 
Aris mengatakan tak bisa berbuat banyak. Ia mengatakan langkah yang sejauh ini diambil yakni mengoptimalkan sistem tanam tak serentak agar meminimalisasi harga anjlok.
 
"Kami mengoptimalkan tata tanam di sentra produksi (cabai), khususnya di lahan pantai sehingga tidak terjadi tanam dan panen dalam waktu bersamaan," ujarnya. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan