Klaten: Di Jawa, ada sebuah anggapan bahwa orang yang baru meninggal dianggap belum sepenuhnya meninggalkan dunia. Mereka meyakini bahwa anak yang baru meninggal masih bisa memeluk keluarganya yang ada di dunia nyata.
Pun dengan manusia yang masih hidup, mereka percaya bahwa arwah anak yang meninggal akan tetap tumbuh layaknya manusia biasa.
Dari keyakinan tersebut, di Klaten, Jawa Tengah, ada sebuah kepercayaan mengenai hubungan orang tua dengan anaknya yang sudah meninggal. Namun anak yang dimaksud di sini adalah yang meninggal karena keguguran. Orang tua masih merawat jenazah bayinya dengan membuatkan kuburan atau trek.
Letak kuburan trek itu biasanya berdekatan dengan rumah orang tua bayi tersebut. Bayi yang meninggal karena keguguran ini dinamakan lisang. Maka, tradisi ini dikenal dengan istilah trek lisang.
Baca: Grebek Syawal Keraton Kesepuhan Diboikot, Makam Sunan Gunung Jati Digembok
Sebagai bentuk cinta kasih, lokasi trek lisang dibuat sedekat mungkin dengan rumah orang tuanya. Tujuannya agar semakin mudah orang tua mengawasi dan merawat trek lisang. Bagi masyarakat Jawa, hal ini menjadi salah satu wujud tradisi berbuat baik kepada semua anggota keluarga.
Masyarakat Klaten percaya jika sang lisang tidak dirawat dengan benar, dia akan mengganggu orang-orang yang ada di sekitarnya. Sebaliknya, jika dirawat, lisang tersebut akan memberikan jalan yang baik bagi orang tua untuk meniti kehidupan di masa mendatang. Hal ini didasari pada kepercayaan bahwa bayi yang meninggal masih dalam keadaan suci.
Umumnya, trek lisang berukuran panjang sekitar 1 sampai 1,5 meter dan lebar 80 sentimeter hingga 1 meter, dengan tinggi 1 meter. Biasanya, trek lisang ini hanya didirikan sekitar 1.000 hari usai pemakaman dilakukan.
Usai seribu hari, trek tidak digunakan lagi dan lisang akan dipindahkan ke permakaman umum. Hal ini menandakan bahwa setelah seribu hari lisang akan mampu merawat dirinya sendiri dan sudah saatnya berkumpul dengan para leluhurnya.
Tidak hanya di Klaten, warga di beberapa daerah lain di Jawa juga masih menerapkan tradisi trek lisang ini. Meski begitu, kebanyakan orang kini langsung memilih menguburkan jenazah bayi keguguran di permakaman umum.
Klaten: Di Jawa, ada sebuah
anggapan bahwa orang yang baru meninggal dianggap belum sepenuhnya meninggalkan dunia. Mereka meyakini bahwa anak yang baru meninggal masih bisa memeluk keluarganya yang ada di dunia nyata.
Pun dengan manusia yang masih hidup, mereka percaya bahwa arwah anak yang meninggal akan tetap tumbuh layaknya manusia biasa.
Dari keyakinan tersebut, di Klaten, Jawa Tengah, ada sebuah kepercayaan mengenai hubungan orang tua dengan anaknya yang sudah meninggal. Namun anak yang dimaksud di sini adalah yang meninggal karena keguguran. Orang tua masih merawat jenazah bayinya dengan membuatkan kuburan atau trek.
Letak kuburan trek itu biasanya berdekatan dengan rumah orang tua bayi tersebut. Bayi yang meninggal karena keguguran ini dinamakan lisang. Maka, tradisi ini dikenal dengan istilah trek lisang.
Baca: Grebek Syawal Keraton Kesepuhan Diboikot, Makam Sunan Gunung Jati Digembok
Sebagai bentuk cinta kasih, lokasi trek lisang dibuat sedekat mungkin dengan rumah orang tuanya. Tujuannya agar semakin mudah orang tua mengawasi dan merawat trek lisang. Bagi masyarakat Jawa, hal ini menjadi salah satu wujud tradisi berbuat baik kepada semua anggota keluarga.
Masyarakat Klaten percaya jika sang lisang tidak dirawat dengan benar, dia akan mengganggu orang-orang yang ada di sekitarnya. Sebaliknya, jika dirawat, lisang tersebut akan memberikan jalan yang baik bagi orang tua untuk meniti kehidupan di masa mendatang. Hal ini didasari pada kepercayaan bahwa bayi yang meninggal masih dalam keadaan suci.
Umumnya, trek lisang berukuran panjang sekitar 1 sampai 1,5 meter dan lebar 80 sentimeter hingga 1 meter, dengan tinggi 1 meter. Biasanya, trek lisang ini hanya didirikan sekitar 1.000 hari usai pemakaman dilakukan.
Usai seribu hari, trek tidak digunakan lagi dan lisang akan dipindahkan ke permakaman umum. Hal ini menandakan bahwa setelah seribu hari lisang akan mampu merawat dirinya sendiri dan sudah saatnya berkumpul dengan para leluhurnya.
Tidak hanya di Klaten, warga di beberapa daerah lain di Jawa juga masih menerapkan tradisi trek lisang ini. Meski begitu, kebanyakan orang kini langsung memilih menguburkan jenazah bayi keguguran di permakaman umum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(WHS)