Surabaya: Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menyebut rasio tracing kontak erat pasien positif covid-19 di Jatim masih belum maksimal. Bahkan, ada daerah dengan tingkat tracing nihil alias nol.
Ia menyebutkan bahwa standar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 1:15. Sementara, rata-rata daerah di Jatim memiliki rasio tracing sekitar 1:3 hingga 1:8.
"Sementara kita masih rendah, bahkan ada daerah yang hasil tracingnya nol," kata Khofifah, di Surabaya, Sabtu, 31 Juli 2021.
Khofifah mengaku terkejut mengetahui daerah tersebut nihil tracing. Namun ia tak menyebutkan kabupaten atau kota mana yang dimaksud.
"Ketika saya tanya untuk klarifikasi, ternyata kendalanya nakes (tenaga kesehatan) atau petugas tracing, kesulitan mengisi input data tracing di aplikasi Silacak, sebuah aplikasi untuk penguatan tracing," terang dia.
Baca: TNI AL Siapkan RS Lapangan di Surabaya untuk Isoman
Khofifah pun langsung mengirimkan mahasiswa di salah satu kampus di Surabaya ke daerah tersebut. Para mahasiswa itu akan membantu mengisi formulir tracing di aplikasi Silacak.
"Tracer harus diikuti swaber. Setelah tracing, lalu testing. Kalau tidak diinput di Silacak, maka dianggap tidak tracing," ucap dia.
Meski demikian, Khofifah mengklaim beberapa daerah di Jatim memiliki rasio tracing tinggi, seperti Surabaya. "Awalnya tracing di Surabaya hanya 1:8, tapi sekarang sudah bisa 1:11. Itu dengan mengundang relawan sekitar ribuan," ungkap dia.
Surabaya: Gubernur Jawa Timur (Jatim)
Khofifah Indar Parawansa menyebut rasio
tracing kontak erat pasien positif
covid-19 di Jatim masih belum maksimal. Bahkan, ada daerah dengan tingkat
tracing nihil alias nol.
Ia menyebutkan bahwa standar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) adalah 1:15. Sementara, rata-rata daerah di Jatim memiliki rasio
tracing sekitar 1:3 hingga 1:8.
"Sementara kita masih rendah, bahkan ada daerah yang hasil
tracingnya nol," kata Khofifah, di Surabaya, Sabtu, 31 Juli 2021.
Khofifah mengaku terkejut mengetahui daerah tersebut nihil
tracing. Namun ia tak menyebutkan kabupaten atau kota mana yang dimaksud.
"Ketika saya tanya untuk klarifikasi, ternyata kendalanya nakes (tenaga kesehatan) atau petugas
tracing, kesulitan mengisi input data
tracing di aplikasi Silacak, sebuah aplikasi untuk penguatan
tracing," terang dia.
Baca:
TNI AL Siapkan RS Lapangan di Surabaya untuk Isoman
Khofifah pun langsung mengirimkan mahasiswa di salah satu kampus di Surabaya ke daerah tersebut. Para mahasiswa itu akan membantu mengisi formulir
tracing di aplikasi Silacak.
"
Tracer harus diikuti
swaber. Setelah
tracing, lalu
testing. Kalau tidak diinput di Silacak, maka dianggap tidak
tracing," ucap dia.
Meski demikian, Khofifah mengklaim beberapa daerah di Jatim memiliki rasio
tracing tinggi, seperti Surabaya. "Awalnya
tracing di Surabaya hanya 1:8, tapi sekarang sudah bisa 1:11. Itu dengan mengundang relawan sekitar ribuan," ungkap dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SYN)