Kupang: Semburan gas muncul di Desa Sebot, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Barat (NTB). Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM mengatakan laporan semburan gas bukan berasal dari aktivitas gunung api.
"Diperkirakan berasal dari sisa aktivitas magmatisme masa lampau yang mengisi zona lemah akibat struktur geologi," kata Penyelidik Bumi Muda dari PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Ugan Saing, Kamis, 20 Februari 2020, melansir Antara.
Dia menerangkan jalur ring of fire di NTT tak melewati Pulau Timor. Busur depan Subduksi berada di Pulau Timor, sehingga minim potensi munculnya gunung berapi.
"Gunung api itu hanya muncul di busur vulkanik. Nah kalau di NTT ini busur vulkanik terdapat di Pulau Flores," tambah dia.
Ugan menjelaskan area keluarnya gas berada disusunan atas batu lempung berwarna abu-abu kehitaman. Selain itu, di titik keluarnya gas, batu lempung berubah warna menjadi merah, kuning, hitam terbakar.
"Gas itu muncul pada zona hancuran akibat struktur geologi. Terdapat mineraliasasi batuan seperti pirit dan kuarsa di sekitar lokasi keluarnya gas," tambah dia.
Dia menuturkan kemunculan gas berada di lereng sungai bekas longsor. Visual asap teramati berwarna putih tipis keluar dari celah-celah batu lempung, dengan tinggi asap sekitar dua meter.
Selain itu tak ada tekanan emisi gas, tidak ada suara blezer yang terdengar, tidak ada sublimat belerang, dan tidak ada nyala api. Kemudian tercium bau gas sulfur hingga 50 meter, tergantung arah angin.
"Selain gas, tidak ada fluida lain seperti air panas atau lava yang keluar dari titik keluarnya gas," tambah dia.
Kupang: Semburan
gas muncul di Desa Sebot, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Barat (NTB). Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM mengatakan laporan semburan gas bukan berasal dari aktivitas gunung api.
"Diperkirakan berasal dari sisa aktivitas magmatisme masa lampau yang mengisi zona lemah akibat struktur geologi," kata Penyelidik Bumi Muda dari PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM Ugan Saing, Kamis, 20 Februari 2020, melansir
Antara.
Dia menerangkan jalur
ring of fire di NTT tak melewati Pulau Timor. Busur depan Subduksi berada di Pulau Timor, sehingga minim potensi munculnya gunung berapi.
"Gunung api itu hanya muncul di busur vulkanik. Nah kalau di NTT ini busur vulkanik terdapat di Pulau Flores," tambah dia.
Ugan menjelaskan area keluarnya gas berada disusunan atas batu lempung berwarna abu-abu kehitaman. Selain itu, di titik keluarnya gas, batu lempung berubah warna menjadi merah, kuning, hitam terbakar.
"Gas itu muncul pada zona hancuran akibat struktur geologi. Terdapat mineraliasasi batuan seperti pirit dan kuarsa di sekitar lokasi keluarnya gas," tambah dia.
Dia menuturkan kemunculan gas berada di lereng sungai bekas longsor. Visual asap teramati berwarna putih tipis keluar dari celah-celah batu lempung, dengan tinggi asap sekitar dua meter.
Selain itu tak ada tekanan emisi gas, tidak ada suara blezer yang terdengar, tidak ada sublimat belerang, dan tidak ada nyala api. Kemudian tercium bau gas sulfur hingga 50 meter, tergantung arah angin.
"Selain gas, tidak ada fluida lain seperti air panas atau lava yang keluar dari titik keluarnya gas," tambah dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)