ilustrasi/Medcom.id
ilustrasi/Medcom.id

Antisipasi Flu Babi, Pemkab Nagekeo Intensifkan Pengawasan Ternak dari Luar Daerah

Antara • 02 Februari 2023 14:39
NTT: Pemerintah Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengintensifkan pengawasan ternak babi dari luar wilayahnya. Hal ini untuk menyikapi adanya empat ekor babi yang diduga terkena African Swine Fever (ASF).
 
"Kami dapat info ada ternak babi yang dibawa dari Ende, tapi itu terjadi saat kita belum keluarkan edaran pelarangan ternak. Empat ekor mati di Kelurahan Mauponggo," kata Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Nagekeo Klementina Dawo ketika dihubungi dari Labuan Bajo, Kamis, 2 Februari 2023.
 
Dia menjelaskan empat ekor babi itu sebelumnya dititipkan oleh pemilik yang berasal dari Kabupaten Ende. Dari informasi yang diperoleh tim di lapangan, babi tersebut bantuan dari Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Denpasar.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Mereka yang pengadaan. Adiknya pengadaan babi dari Kupang, lalu lihat babi lemas, dibawa-lah ke Mauponggo, dititip, diistirahatkan di kakaknya di sana. Lalu, babi-nya mati," kata Klementina.
 
Menyikapi kasus itu, tim lapangan dinas setempat sudah turun ke lokasi sejak Sabtu untuk melakukan pembersihan kandang, disinfeksi, dan edukasi kepada peternak di sekitar lokasi.
 
Selain itu, upaya pengawasan terhadap lalu lintas ternak lebih diperketat karena sudah ada kasus kematian babi yang diduga ASF. Para petugas disiagakan pada daerah-daerah perbatasan untuk menahan dan tidak memperbolehkan ternak-ternak tersebut masuk ke wilayah Kabupaten Nagekeo.
 
Baca: Virus Flu Babi Serang 7 Kabupaten di NTT, Pemprov Siapkan Disinfektan

Klementina mengimbau para peternak untuk tetap waspada dan melakukan aktivitas seperti biasa sembari meningkatkan biosekuriti kandang. Dia meminta peternak dan penjaga kadang meningkatkan kekebalan ternak babi dengan cara pembelian pakan yang baik dan pemberian vitamin.
 
"Kami larang memberikan makanan hasil limbah dari olahan babi ke ternak babi," ujar Klementina.
 
Dia pun berharap masyarakat dapat mewaspadai penyakit ASF dengan mengetahui tanda klinis ternak, yakni demam tinggi, depresi, tidak mau makan, pendarahan pada kulit (kemerahan pada telinga, perut, dan kaki), keguguran pada induk bunting, kebiruan pada kulit, muntah, diare, serta kematian dalam waktu 6-13 hari.
 
"Tingkat kematian bentuk ini dapat mencapai 100 persen," ujar dia.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
 
(NUR)




LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif