Yogyakarta: Sejumlah pedagang di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, keberatan dengan kebijakan pemerintah yang mengharuskan warga menggunakan PeduliLindungi saat membeli minyak goreng (migor). Penggunaan aplikasi itu dinilai ribet.
"(Belanja minyak goreng) pakai (menunjukkan) KTP aja sudah ribet, apalagi pakai peduliLindungi," kata seorang pedagang migor di Pasar Beringharjo, Surati, ditemui pada Senin, 27 Juni 2022.
Perempuan 62 tahun ini mengatakan stok migor sudah mulai normal. Namun, pihaknya masih melayani pembelian migor tanpa persyaratan KTP maupun dengan aplikasi PeduliLindungi. Saat ini, stok minyak goreng yang Surati miliki sebanyak 50 jeriken atau sekitar 900 liter.
"Memang pernah ada yang bilang (pembelian migor berbasis aplikasi PeduliLindungi), tapi belum ada ke sini (tindak lanjut) lagi," ujarnya.
Ia menilai sulit menerapkan pembelian migor berbasis aplikasi di pasar tradisional. Ia mengatakan pembelian dengan cara tersebut memerlukan sistem atau komputer.
"Kalau di pasar menurut saya belum bisa diterapkan," kata perempuan yang berdagang dengan kios bernama Warung Bu Sumo ini.
Secara pribadi, Surati tidak setuju dengan kebijakan pemerintah itu. Ia menyatakan pembeli migor di pasar tradisional lebih banyak dengan kapasitas kecil. Rata-rata pembeli migor penjual bakmi, gorengan, bakso, maupun pedagang soto.
"Minyak goreng yang beli di pasar tidak seberapa. Orang kecil paling beli 1-2 liter. Paling banyak 10 liter tapi kan enggak tiap hari. Kayaknya enggak (efektif). Apalagi kemarin beli minyak dengan menunjukkan KTP juga gak jalan," tuturnya.
Pedagang lainnya, Sri Handayani, juga keberatan dengan kebijakan pemerintah itu. Menurut dia, masyarakat kecil tak mau ribet untuk belanja dengan kapasitas sedikit.
"Kalau pribadi aku gak usah pakai begitu. Sampai sekarang belum ada sosialisasi juga," ucap dia.
Berdasarkan keterangan sejumlah pedagang di Pasar Beringharjo, harga minyak goreng curah Rp14 ribu per liter. Sementara harga migor kemasan sekitar Rp23 ribu hingga Rp25 ribu.
Yogyakarta: Sejumlah pedagang di Pasar Beringharjo,
Yogyakarta, keberatan dengan kebijakan pemerintah yang mengharuskan warga menggunakan PeduliLindungi saat membeli minyak goreng (migor). Penggunaan aplikasi itu dinilai ribet.
"(Belanja
minyak goreng) pakai (menunjukkan) KTP aja sudah ribet, apalagi pakai peduliLindungi," kata seorang pedagang migor di Pasar Beringharjo, Surati, ditemui pada Senin, 27 Juni 2022.
Perempuan 62 tahun ini mengatakan stok migor sudah mulai normal. Namun, pihaknya masih melayani pembelian migor tanpa persyaratan KTP maupun dengan aplikasi
PeduliLindungi. Saat ini, stok minyak goreng yang Surati miliki sebanyak 50 jeriken atau sekitar 900 liter.
"Memang pernah ada yang bilang (pembelian migor berbasis aplikasi PeduliLindungi), tapi belum ada ke sini (tindak lanjut) lagi," ujarnya.
Ia menilai sulit menerapkan pembelian migor berbasis aplikasi di pasar tradisional. Ia mengatakan pembelian dengan cara tersebut memerlukan sistem atau komputer.
"Kalau di pasar menurut saya belum bisa diterapkan," kata perempuan yang berdagang dengan kios bernama Warung Bu Sumo ini.
Secara pribadi, Surati tidak setuju dengan kebijakan pemerintah itu. Ia menyatakan pembeli migor di pasar tradisional lebih banyak dengan kapasitas kecil. Rata-rata pembeli migor penjual bakmi, gorengan, bakso, maupun pedagang soto.
"Minyak goreng yang beli di pasar tidak seberapa. Orang kecil paling beli 1-2 liter. Paling banyak 10 liter tapi kan enggak tiap hari. Kayaknya enggak (efektif). Apalagi kemarin beli minyak dengan menunjukkan KTP juga gak jalan," tuturnya.
Pedagang lainnya, Sri Handayani, juga keberatan dengan kebijakan pemerintah itu. Menurut dia, masyarakat kecil tak mau ribet untuk belanja dengan kapasitas sedikit.
"Kalau pribadi aku gak usah pakai begitu. Sampai sekarang belum ada sosialisasi juga," ucap dia.
Berdasarkan keterangan sejumlah pedagang di Pasar Beringharjo, harga minyak goreng curah Rp14 ribu per liter. Sementara harga migor kemasan sekitar Rp23 ribu hingga Rp25 ribu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)