Kulon Progo: Rasa senang dan tertantang menjadi ungkapan awal ketika Qonitah Ikhtiar Syakuroh menjadi salah satu atlet yang bakal berlaga di Paralympiade 2024 di Paris. Atlet difabel berusia 22 tahun ini menjadi salah satu wakil Indonesia di cabang badminton.
"Sangat bersyukur dan senang karena salah satu harapan untuk ikut paralympic sudah terwujud," kata Qonitah saat dihubungi, Jumat, 12 Juli 2024.
Sosok Qonitah memang salah satu atlet yang jadi unggulan. Hal itu tak lepas dari posisinya di ranking 1 dunia menuju paralimpiade Paris.
Meski unggulan, Qinotah mengaku tak menyangka bisa berlaga salah satu ajang bergengsi dunia itu. Perempuan yang tinggal di Dusun Soropati, Desa Hargotirto, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam kondisi congenital talipes equinovarus (CTEV) atau kaki bengkok. Anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Taufik dan Rukmini ini mengalami kondisi itu sejak kecil.
Dengan keterbatasan itu, Qonitah memanfaatkan peluang dan potensinya di dunia badminton. Berdasarkan Badminton World Federation (BWF) Para Badminton World Rangking, Qonitah memang di peringkat teratas kategori atlet para badminton tunggal.
Ranking tinggi itu tak lepas dari capaian Qonitah di sejumlah turnamen. Ia menyebut telah belasan kali mampu menjadi juara.
"Kalau mentas di (ajang) internasional banyak. Kalau juara dapat 11 kali. Untuk event terdekat nanti saya ikut paralimpiade Paris, untuk cabang olahraga Para Badminton," ungkapnya.
Qonitah mengawali karir sebagai olahragawan tak seperti melintasi jalan tol yang tanpa hambatan. Ia harus merasa kegagalan hingga berpindah pada pilihan yang lain.
Qonitah mulanya bergabung dengan dengan National Paralympic Committee (NPC) Kulon Progo ketika masih di SMP N 2 Kokap pada 2015. Saat itu NPC setempat memang sedang mencari bibit baru atlet difabel dan Qonitah mengikuti arahan kepala sekolahnya.
Awal masuk NPC, bukan cabang badminton yang dimasuki, melainkan atletik atau lari. Seiring berjalannya waktu, tim NPC memandang Qonitah gagal di cabang olahraga atletik dan kalah bersaing dengan atlet lain, khususnya para senior. Ia kemudian mendapat tawaran untuk pindah di cabang badminton.
Di cabang inilah yang membawa Qonitah bisa menggapai berbagai prestasi kejuaraan. Sejumlah kejuaraan yang telah dirasakan Qonitah di antaranya Pekan Paralimpyc Daerah (Peparda) dan Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas). Saat Peparnas digelat di Papua pada 2021, Qonitah mampu menyabet juara. Setelah itu, ada pulang Asean Para Games di Solo dan berakhir manis dengan raihan medali.
Qonitah saat ini tengah fokus mengikuti pemusatan latihan jelang Paralimpiade 2024 Paris. Ia tak mau sekadar menjadi penggembira di ajang bergengsi itu.
?"Harapan pastinya dapat medali, yang penting saya bisa bermain bagus dan maksimal di lapangan pertandingan nanti," ujarnya.
Ketua NPC Kulon Progo, Widi Nuryanto menganggap Qonitah merupakan sosok tangguh meski sempat alami jalan terjal dalam menapaki karir di dunia olahraga. Tak heran Qonitah jadi salah satu andalan NPC pusat. Dari keuletan itu, Widi selalu mendukung Qonitah terus bekerja keras agar bisa mendulang prestasi bagi Indonesia.
"Orangnya manut, mau diarahkan dan enak diajak komunikasi," ujarnya.
Jajaran NPC Kulon Progo kini memiliki 93 atlet difabel yang telah berprestasi di berbagai cabang olahraga. Yang terus dilakukan kini menggembleng para atlet itu sesuai kapasitas, potensi, dan kemampuannya masing-masing.
Kulon Progo: Rasa senang dan tertantang menjadi ungkapan awal ketika Qonitah Ikhtiar Syakuroh menjadi salah satu
atlet yang bakal berlaga di Paralympiade 2024 di Paris. Atlet difabel berusia 22 tahun ini menjadi salah satu wakil Indonesia di cabang
badminton.
"Sangat bersyukur dan senang karena salah satu harapan untuk ikut paralympic sudah terwujud," kata Qonitah saat dihubungi, Jumat, 12 Juli 2024.
Sosok Qonitah memang salah satu atlet yang jadi unggulan. Hal itu tak lepas dari posisinya di ranking 1 dunia menuju paralimpiade Paris.
Meski unggulan, Qinotah mengaku tak menyangka bisa berlaga salah satu ajang bergengsi dunia itu. Perempuan yang tinggal di Dusun Soropati, Desa Hargotirto, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam kondisi congenital talipes equinovarus (CTEV) atau kaki bengkok. Anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Taufik dan Rukmini ini mengalami kondisi itu sejak kecil.
Dengan keterbatasan itu, Qonitah memanfaatkan peluang dan potensinya di dunia badminton. Berdasarkan Badminton World Federation (BWF) Para Badminton World Rangking, Qonitah memang di peringkat teratas kategori atlet para badminton tunggal.
Ranking tinggi itu tak lepas dari capaian Qonitah di sejumlah turnamen. Ia menyebut telah belasan kali mampu menjadi juara.
"Kalau mentas di (ajang) internasional banyak. Kalau juara dapat 11 kali. Untuk event terdekat nanti saya ikut paralimpiade Paris, untuk cabang olahraga Para Badminton," ungkapnya.
Qonitah mengawali karir sebagai olahragawan tak seperti melintasi jalan tol yang tanpa hambatan. Ia harus merasa kegagalan hingga berpindah pada pilihan yang lain.
Qonitah mulanya bergabung dengan dengan National Paralympic Committee (NPC) Kulon Progo ketika masih di SMP N 2 Kokap pada 2015. Saat itu NPC setempat memang sedang mencari bibit baru atlet difabel dan Qonitah mengikuti arahan kepala sekolahnya.
Awal masuk NPC, bukan cabang badminton yang dimasuki, melainkan atletik atau lari. Seiring berjalannya waktu, tim NPC memandang Qonitah gagal di cabang olahraga atletik dan kalah bersaing dengan atlet lain, khususnya para senior. Ia kemudian mendapat tawaran untuk pindah di cabang badminton.
Di cabang inilah yang membawa Qonitah bisa menggapai berbagai prestasi kejuaraan. Sejumlah kejuaraan yang telah dirasakan Qonitah di antaranya Pekan Paralimpyc Daerah (Peparda) dan Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas). Saat Peparnas digelat di Papua pada 2021, Qonitah mampu menyabet juara. Setelah itu, ada pulang Asean Para Games di Solo dan berakhir manis dengan raihan medali.
Qonitah saat ini tengah fokus mengikuti pemusatan latihan jelang Paralimpiade 2024 Paris. Ia tak mau sekadar menjadi penggembira di ajang bergengsi itu.
?"Harapan pastinya dapat medali, yang penting saya bisa bermain bagus dan maksimal di lapangan pertandingan nanti," ujarnya.
Ketua NPC Kulon Progo, Widi Nuryanto menganggap Qonitah merupakan sosok tangguh meski sempat alami jalan terjal dalam menapaki karir di dunia olahraga. Tak heran Qonitah jadi salah satu andalan NPC pusat. Dari keuletan itu, Widi selalu mendukung Qonitah terus bekerja keras agar bisa mendulang prestasi bagi Indonesia.
"Orangnya manut, mau diarahkan dan enak diajak komunikasi," ujarnya.
Jajaran NPC Kulon Progo kini memiliki 93 atlet difabel yang telah berprestasi di berbagai cabang olahraga. Yang terus dilakukan kini menggembleng para atlet itu sesuai kapasitas, potensi, dan kemampuannya masing-masing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)