Sukabumi: Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, akan mengkaji kembali sekolah tatap muka yang sudah dilaksanakan sejumlah lembaga pendidikan keagamaan sejak pertengahan 2020. Kebijakan itu menyusul ditemukannya klaster baru covid-19 di Pesantren Unggul Al Bayan, Kecamatan Cibadak.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Rika Mutiara, mengatakan kasus ditemukannya ratusan santri Pesantren Unggul Al Bayan terkonfirmasi positif covid-19 harus menjadi contoh bahwa pembelajaran tatap muka masih cukup berisiko di masa pandemi covid-19.
"Perlu ada pembahasan lebih intensif mengenai penanganan di Pesantren Al Bayan dan juga pesantren-pesantren lain karena memang sudah ada yang melaksanakan (pembelajaran) tatap muka sejak pertengahan tahun," terang Rika, Minggu, 8 November 2020.
Baca juga: Hasil Swab Diduga Tak Akurat, 3 Jemaah Umrah Positif Covid-19
Sejatinya, kata Rika, pada kondisi pagebluk covid-19 saat ini, pembelajaran secara daring tentu dirasa akan cukup aman dari potensi penularan virus korona. Ia menuturkan sejak dibukanya pembelajaran tatap muka, memang belum ada laporan terjadinya penularan di lingkungan pendidikan keagamaan.
"Memang sudah ada beberapa pesantren yang sudah tatap muka sejak pertengahan tahun ini. Baru kali inilah ada yang positif," tuturnya.
Rika mengaku, Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Sukabumi telah melakukan upaya 3T yakni pemeriksaan (testing) serta enelurusan dan pelacakan (tracking dan tracing) di pesantren bersangkutan. Pun bagi santri lain yang dinyatakan negatif wajib mengikuti tes usap kali kedua.
"Kami juga di Satgas tentu akan melakukan tes usap bagi para guru di lingkungan pesantren," kata Rika.
Informasi terakhir hingga Sabtu malam, 7 November 2020, jumlah santri di Pesantren Unggul Al Bayan yang terkonfirmasi positif covid-19 mencapai 282 orang. Saat ini tinggal menunggu hasil pemeriksaan sampel tes usap dari tiga orang santri yang belum keluar.
"Jumlah seluruh santri yang menjalani tes usap sebanyak 334 orang. Sebanyak 282 orang terkonfirmasi positif, 59 orang negatif, dan 3 orang belum keluar hasilnya," jelas Rika.
Saat ini mereka yang positif menjalani isolasi mandiri di lingkungan pesantren. Pun bagi yang dinyatakan negatif, harus menjalani karantina.
"Kalaupun ada yang harus dirawat rumah sakit, kami sudah menyiapkan ruangan di RSUD Sekarwangi Cibadak dan RS Hermina. Ada 25 tempat tidur yang disiapkan di dua rumah sakit," ungkapnya. (Benny Bastiandi)
Sukabumi: Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, akan mengkaji kembali
sekolah tatap muka yang sudah dilaksanakan sejumlah lembaga pendidikan keagamaan sejak pertengahan 2020. Kebijakan itu menyusul ditemukannya klaster baru covid-19 di Pesantren Unggul Al Bayan, Kecamatan Cibadak.
Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi, Rika Mutiara, mengatakan kasus ditemukannya ratusan santri Pesantren Unggul Al Bayan terkonfirmasi positif covid-19 harus menjadi contoh bahwa pembelajaran tatap muka masih cukup berisiko di masa pandemi covid-19.
"Perlu ada pembahasan lebih intensif mengenai penanganan di Pesantren Al Bayan dan juga pesantren-pesantren lain karena memang sudah ada yang melaksanakan (pembelajaran) tatap muka sejak pertengahan tahun," terang Rika, Minggu, 8 November 2020.
Baca juga:
Hasil Swab Diduga Tak Akurat, 3 Jemaah Umrah Positif Covid-19
Sejatinya, kata Rika, pada kondisi pagebluk covid-19 saat ini, pembelajaran secara daring tentu dirasa akan cukup aman dari potensi penularan virus korona. Ia menuturkan sejak dibukanya pembelajaran tatap muka, memang belum ada laporan terjadinya penularan di lingkungan pendidikan keagamaan.
"Memang sudah ada beberapa pesantren yang sudah tatap muka sejak pertengahan tahun ini. Baru kali inilah ada yang positif," tuturnya.
Rika mengaku, Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Sukabumi telah melakukan upaya 3T yakni pemeriksaan (testing) serta enelurusan dan pelacakan (tracking dan tracing) di pesantren bersangkutan. Pun bagi santri lain yang dinyatakan negatif wajib mengikuti tes usap kali kedua.
"Kami juga di Satgas tentu akan melakukan tes usap bagi para guru di lingkungan pesantren," kata Rika.