Yogyakarta: Kepala Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sleman, Reni Kraningtyas, menyampaikan, awal musim kemarau di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diperkirakan jatuh pada Mei 2020.
Hanya wilayah Kabupaten Gunung Kidul bagian selatan dan sebagian kecil wilayah barat daya Kabupaten Kulonprogo, musim kemarau terjadi pada April dasarian III atau sepuluh hari terakhir April 2020.
"Prakiraan tersebut mempertimbangkan kondisi fisis, dinamika atmosfer, dan pemodelan statistik. Awal musim kemarau 2020, diprakirakan berkisar normal atau sama dengan rata-ratanya hingga lebih lambat 1 dasarian atau 10 hari lebih lambat bila dibandingkan dengan rata-ratanya," jelas dia, Jumat, 8 Mei 2020.
Baca juga: 3 Desa di Aceh Besar Dilanda Banjir
Reni juga menjelaskan, hingga pertengahan Maret 2020, pemantauan terhadap anomali iklim global di dua samudra, yaitu Samudra Pasifik Ekuator dan Samudra Hindia, menunjukkan tidak terdapat indikasi akan munculnya anomali iklim El Nino dan 1OD (Indian Ocean Dipole Mode).
Menurut Reni, indeks ENSO (EI Nino-Southern Oscilation) menunjukkan dalam kondisi netral (indeks Nino 3.4=0.41), demikian juga IOD dalam kondisi netral (indeks DM -0.29).
"Perkembangan indeks ENSO dan IOD selanjutnya akan selalu diperbarui setiap bulannya," kata dia.
Atas prakiraan tersebut, masyarakat diharapkan lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau, terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan ketersediaan air bersih.
Yogyakarta: Kepala Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Sleman, Reni Kraningtyas, menyampaikan, awal musim kemarau di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) diperkirakan jatuh pada Mei 2020.
Hanya wilayah Kabupaten Gunung Kidul bagian selatan dan sebagian kecil wilayah barat daya Kabupaten Kulonprogo, musim kemarau terjadi pada April dasarian III atau sepuluh hari terakhir April 2020.
"Prakiraan tersebut mempertimbangkan kondisi fisis, dinamika atmosfer, dan pemodelan statistik. Awal musim kemarau 2020, diprakirakan berkisar normal atau sama dengan rata-ratanya hingga lebih lambat 1 dasarian atau 10 hari lebih lambat bila dibandingkan dengan rata-ratanya," jelas dia, Jumat, 8 Mei 2020.
Baca juga:
3 Desa di Aceh Besar Dilanda Banjir
Reni juga menjelaskan, hingga pertengahan Maret 2020, pemantauan terhadap anomali iklim global di dua samudra, yaitu Samudra Pasifik Ekuator dan Samudra Hindia, menunjukkan tidak terdapat indikasi akan munculnya anomali iklim El Nino dan 1OD (Indian Ocean Dipole Mode).
Menurut Reni, indeks ENSO (EI Nino-Southern Oscilation) menunjukkan dalam kondisi netral (indeks Nino 3.4=0.41), demikian juga IOD dalam kondisi netral (indeks DM -0.29).
"Perkembangan indeks ENSO dan IOD selanjutnya akan selalu diperbarui setiap bulannya," kata dia.
Atas prakiraan tersebut, masyarakat diharapkan lebih siap dan antisipatif terhadap kemungkinan dampak musim kemarau, terutama di wilayah yang rentan terhadap bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan ketersediaan air bersih.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)