Labuan Bajo: Sebanyak 108 desa/kelurahan di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), terancam kekeringan pada musim kemarau.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumba Timur, NTT, Mikail Jaka Laki, mengatakan warga harus mempunyai persiapan menghadapi musim kemarau.
"Sumba Timur telah mengalami kekeringan ekstrem, ada beberapa titik di wilayah Haharu. Total wilayah kekeringan sebanyak 108 desa/kelurahan. Kami sedang menyalurkan air bersih dan mendata petani terdampak," kata Mikail, Rabu, 24 Agustus 2022.
Mikail menjelaskan berdasarkan peringatan dini Kekeringan Meteorologis di NTT per 20 Agustus 2022 dari BMKG, saat ini 100 persen dari total zona musim di NTT telah berada dalam periode musim kemarau sehingga diperlukan kewaspadaan terkait ancaman bencana kekeringan.
Mikail menyampaikan BPBD Kabupaten Sumba Timur telah membangun dan koordinasi dengan beberapa dinas teknis terkait ancaman kekeringan itu.
"Pertama BPBD berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Timur untuk mendata luas wilayah terdampak dan jumlah petani yang terdampak atas ancaman kekeringan itu," jelas Mikail.
Dia mengatakan ancaman kekeringan itu menyebabkan gagal tanam maupun gagal panen karena berbarengan dengan hama belalang yang selalu menyerang wilayah tersebut. Ada sekitar 3.900 hektare lahan terserang hama belalang yang berujung pada gagal panen.
"BPBD meminta bantuan Dinas PUPR Sumba Timur untuk membantu mobil tangki air guna menyalurkan air bersih kepada warga pada lokasi terdampak. Permintaan air ini sendiri telah dilaporkan sejak bulan Juni namun pihak BPBD terkendala mobil tangki tersebut," jelasnya.
Labuan Bajo: Sebanyak 108 desa/kelurahan di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (
NTT), terancam kekeringan pada
musim kemarau.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumba Timur, NTT, Mikail Jaka Laki, mengatakan warga harus mempunyai persiapan menghadapi musim
kemarau.
"Sumba Timur telah mengalami kekeringan ekstrem, ada beberapa titik di wilayah Haharu. Total wilayah kekeringan sebanyak 108 desa/kelurahan. Kami sedang menyalurkan air bersih dan mendata petani terdampak," kata Mikail, Rabu, 24 Agustus 2022.
Mikail menjelaskan berdasarkan peringatan dini Kekeringan Meteorologis di NTT per 20 Agustus 2022 dari BMKG, saat ini 100 persen dari total zona musim di NTT telah berada dalam periode musim kemarau sehingga diperlukan kewaspadaan terkait ancaman bencana kekeringan.
Mikail menyampaikan BPBD Kabupaten Sumba Timur telah membangun dan koordinasi dengan beberapa dinas teknis terkait ancaman kekeringan itu.
"Pertama BPBD berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Sumba Timur untuk mendata luas wilayah terdampak dan jumlah petani yang terdampak atas ancaman kekeringan itu," jelas Mikail.
Dia mengatakan ancaman kekeringan itu menyebabkan gagal tanam maupun gagal panen karena berbarengan dengan hama belalang yang selalu menyerang wilayah tersebut. Ada sekitar 3.900 hektare lahan terserang hama belalang yang berujung pada gagal panen.
"BPBD meminta bantuan Dinas PUPR Sumba Timur untuk membantu mobil tangki air guna menyalurkan air bersih kepada warga pada lokasi terdampak. Permintaan air ini sendiri telah dilaporkan sejak bulan Juni namun pihak BPBD terkendala mobil tangki tersebut," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)