Air Sungai Batang Nango Kajai, Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Sumbar, mengalami fenomena alam kering, berlumpur dan dipenuhi material potongan kayu, Sabtu, 26 Februari 2022. ANTARA/Altas Maulana
Air Sungai Batang Nango Kajai, Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Sumbar, mengalami fenomena alam kering, berlumpur dan dipenuhi material potongan kayu, Sabtu, 26 Februari 2022. ANTARA/Altas Maulana

Rawan Longsor, Warga Pasaman Barat di Tepi Sungai Diminta Mengungsi

Antara • 01 Maret 2022 14:17
Jakarta: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau warga Pasaman Barat yang tempat tinggalnya berjarak 200 meter dari tepi sungai untuk mengungsi. Hal tersebut harus dilakukan lantaran adanya potensi longsor dan banjir bandang pascagempa bermagnitudo 6,1.
 
"Mungkin ada yang mengatur siapa yang harus diungsikan karena potensi bahaya banjir bandang dan longsor. Itu bahaya jika terjadi hujan di daerah hulu," kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam keterangan pers, Selasa, 1 Maret 2022.
 
Baca: 145 Warga Lebak Terserang DBD, 4 Orang Meninggal Dunia

Dwikorita mengatakan berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan BMKG, terjadi sejumlah longsoran di sekitar puncak Gunung Talamau yang merupakan lokasi terdekat dengan episenter gempa 6,1 Pasaman Barat.
 
Sedimen-sedimen longsoran tersebut akan menjadi banjir bandang jika hujan melanda hulu Gunung Talamau. Apalagi saat ini musim hujan masih berlangsung sehingga potensi bencana hidrometeorologi pascagempa menjadi ancaman lain yang mesti diantisipasi dan diwaspadai.
 
"Dari pemotretan udara zona bahaya ada di semua sungai dari lereng Gunung Talamau pada radius 200 meter dari tepi sungai," jelasnya.
 
Dwikorita menyebut saat ini BMKG bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus melakukan upaya mitigasi guna mereduksi dampak jika sewaktu-waktu bencana hidrometeorologi menerjang.
 
Pencegahan dilakukan BMKG dengan terus memonitor cuaca dan intensitas hujan. Sementara BWS melakukan pengerukan sedimen lumpur atau material longsoran yang terjadi akibat gempa dan tersapu oleh hujan atau aliran sungai.
 
Upaya pengerukan ini juga sekaligus untuk mencegah terbentuknya sumbatan material endapan longsoran pada lembah sungai. Sumbatan-sumbatan material tersebut sering terjadi akibat longsor saat gempa, dan akan berbahaya bila membendung aliran air hujan dan aliran sungai dari arah hulu.
 
MKG secara lebih intensif terus melakukan monitoring cuaca dengan menggunakan radar cuaca, serta memberikan prakiraan dan peringatan dini potensi cuaca ekstrem di area hulu sungai lereng Gunung Talamau.
 
"BMKG bekerja sama dengan BBWS, mereka membersihkan endapan tersebut, kami memberikan informasi cuaca," ujar Dwikorita.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan