Ilustrasi/ Medcom
Ilustrasi/ Medcom

Penurunan Angka Stunting di Kota Bandung Belum Capai Target

P Aditya Prakasa • 20 Juni 2024 12:26
Bandung: Jumlah kasus stunting di Kota Bandung, Jawa Barat, mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir. Meski begitu, angka penurunan belum sesuai dengan harapan Presiden Joko Widodo yang menargetkan hingga 14 persen di akhir tahun 2024.
 
Angka prevalensi stunting di Kota Bandung baru mencapai 16.3 persen di akhir tahun 2023. Sehingga perlu langkah-langkah intervensi yang terstruktur dan terkoordinasi dengan baik untuk mencapai target 14 persen.
 
Ketua Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) Kota Bandung Yena R Iskandar Ma'soem mengatakan, pencegahan stunting paling efektif di Kota Bandung adalah dengan hal paling dasar penyebab stunting, yaitu melalui perbaikan gizi anak-anak usia dini.

"Ada hal-hal ringan yang perlu diapresiasi misalnya yang terjadi di Kecamatan Buahbatu. Di sana ada program sedekah telur yang meski terlihat sederhana namun hasilnya cukup efektif untuk terus turunkan prevalensi stunting," kata Yena, Kamis, 20 Juni 2024.
 
Baca juga: 255 Anak di Bangka Masih Stunting

Yena mengatakan, protein dari telur cukup tinggi untuk membuat anak-anak usia dini mengalami tumbuh kembang yang baik. Selain telur tentunya banyak juga sumber protein murah meriah yang bisa dijangkau masyarakat.
 
"Ada tahu, tempe, ikan-ikan air tawar murah seperti mujair sebenarnya sangat mumpuni menunjang kebutuhan protein anak usia dini. Hanya tinggal memberikan edukasi kepada masyarakat Kota Bandung saja. Sebagian sudah melakukannya melalui posyandu-posyandu, atau program dari DPPKB yaitu Dashat (Dapur Sehat Atasi Stunting)," ucapnya.
 
Masalah yang terjadi saat ini, kata Yena, adalah pemerataan edukasi karena banyaknya wilayah di Kota Bandung yang memiliki penduduk yang padat. Sehingga pemberian informasi pada warganya kurang merata.
 
"Wilayah padat penduduk seperti di Kiaracondong, Babakan Ciparay, Batununggal dan lainnya membutuhkan kerja keras untuk sosialisasi pentingnya protein tersebut. Sehingga peran pemerintah di tingkat kecamatan menjadi penting, terutama dari puskesmas-puskesmas yang mensuport kegiatan posyandu," terang dia.
 
Baca juga: Angka Stunting di Jatim Ditarget Turun jadi 14% Tahun Ini

Di samping itu, lanjut Yena, edukasi tentang sanitasi yang baik juga perlu dilakukan. Terutama di daerah-daerah padat penduduk. Pasalnya sanitasi merupakan salah satu faktor pula yang justru bisa menjadi penyebab stunting.
 
"Tumpukan sampah yang terkadang lama diangkut ke TPS menjadi faktor juga. Ini karena sampah tersebut bisa menjadi sumber penyakit untuk masyarakat sekitarnya. Jika sanitasi buruk maka anak-anak usia dini akan rentan terkena penyakit," ungkapnya.
 
Menurutnya, penyakit kulit dan pernapasan biasanya dialami anak-anak di sekitarnya. Yena berharap semua pihak dari tingkat kelurahan, kecamatan hingga pemerintah kota, mampu berkolaborasi untuk menangani sumber stunting.
 
"Jadi bisa pakai cara mudah, anak-anak usia dini harap menggunakan masker anak di sekitar lokasi ini. Termasuk rutin membersihkan diri dan mencuci tangan. Terlebih ini merupakan perintah Presiden RI Joko Widodo. Jadi semua pemangku kepentingan perlu turun tangan, semisal babinsa dan bhabinkamtibmas sebenarnya bisa diberdayakan membantu sosialisasi untuk pencegahan stunting ini," jelas dia.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan