Waria di Yogyakarta sedang mengikuti vaksinasi Covid-19 bersama masyarakat lain pada 2021. Dok Waria Crisis Center.
Waria di Yogyakarta sedang mengikuti vaksinasi Covid-19 bersama masyarakat lain pada 2021. Dok Waria Crisis Center.

Kabar Kabur Vaksin Covid-19, Waria Kulon Progo Sempat Menolak karena Takut Mati

Ahmad Mustaqim • 04 Juli 2022 11:21
Kulon Progo: Mayoritas waria Kulon Progo sudah vaksinasi covid-19, tanpa terkendala KTP. Persoalannya, sosialisasi yang lamban membuat waria sempat menolak vaksinasi karena termakan informasi menyesatkan.
 
Liputan jurnalis Medcom.id, Ahmad Mustaqim ini bagian dari program workshop dan fellowship Alians Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta. Bunyi musik dangdut berdentum dari toko kelontong di sudut Jalan Tentara Pelajar Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat malam, 10 Juni 2022.
 
Iramanya menemani sejumlah waria yang bergabung dalam komunitas Waria Kulon Progo alias Warkop yang dibentuk pada 2011. Mereka tengah akrab bercengkerama, menyanyi, dan berjoget. Melupakan sejenak virus SARS-CoV-2 yang masih memburu orang-orang yang berkerumun sejak dua tahun lalu. Jangankan virusnya, vaksinasi covid-19 pun sempat membuat waria ketakutan.

“Kabar itukan macam-macam seliweran. Habis disuntik vaksin katanya bisa mati, kan jadi takut,” kata Eko Yulianto, transpuan berusia 50 tahun yang ditemui di warung kelontong yang jadi tempat berkumpulnya waria Warkop, 10 Juni 2022.
 
Mereka memang harus berjuang untuk bisa mendapat suntikan vaksin covid-19, baik itu dosis pertama dan kedua serta dilanjutkan dosis ketiga atau booster. Di sisi lain, rasa keraguan untuk vaksinasi sempat menghinggapi mereka di tengah kabar tidak pasti usai disuntik vaksin.
 
Informasi seputar vaksinasi covid-19 saat awal mula didengungkan memang masih simpang siur.
Beragam informasi yang menyesatkan bertebaran. Tak hanya kabar vaksinasi berisiko membuat nyawa melayang. Vaksinasi juga dikabarkan bisa bikin sakit dan merusak sel darah merah.
 
Baca: 50,8 Juta Masyarakat Indonesia Terproteksi Vaksin Booster

Kabar yang tak kalah heboh, bahwa yang disuntikkan ke dalam tubuh bukan hanya cairan vaksin,
melainkan juga menyertakan microchip yang kelak bisa mengontrol warga seumur hidup. Gara-gara itu, Eko pun sempat menolak vaksinasi.
 
“Nggak berani (vaksinasi). Takut kalau habis disuntik vaksin kenapa-kenapa. Takut mati,” imbuh Eko lagi.
 
Rasa takut mati menjadi alasan terkuat waria Warkop untuk menolak vaksinasi. Eko menengarai,
komunikasi di dalam kelompok Warkop menunjukkan vaksinasi covid-19 seolah menakutkan.
 
Dampak kabar yang menyesatkan itu tak hanya membuat anggota Warkop, Sugiyono misalnya, memilih tidak ngotot untuk mendapat vaksin covid-19. Warkop pun sempat enggan mengusahakan vaksinasi bagi anggotanya yang berjumlah 12 orang itu.
 
“Karena informasi itu, kami (anggota Warkop) tak berani vaksin. Terus ya tidak mau usaha dapat vaksin,” ujar Sugiyono yang biasa disapa juga dengan Nanda saat ditemui di Kulon Progo, Jumat, 10 Juni 2022.

Jemput Bola demi Informasi

Kabar Kabur Vaksin Covid-19, Waria Kulon Progo Sempat Menolak karena Takut Mati
 
Waria Kulon Progo (Warkop) tengah berjoget di depan toko kelontong yang jadi lokasi berkumpul sehari-hari. Foto Ahmad Mustaqim.
 
Simpang siur informasi yang kian menambah kebingungan dan ketakutan, menurut transpuan Yanti Rosita, 51 tahun, karena saat itu tak ada sosialisasi pemerintah secara langsung tentang vaksinasi covid-19 di lingkungan kelompok waria. Sementara serangan covid-19 kian mengkhawatirkan dan mengakibatkan angka kematian sangat tinggi pada pertengahan 2021.
 
Akhirnya, waria-waria Warkop secara personal mulai mencari tahu mengenai vaksinasi covid-19 melalui berbagai sumber dan cara. Eko misalnya, mencoba berkomunikasi dengan teman di kampungnya di Dusun Dumpoh, Desa Kebonrejo, Kecamatan Temon. Informasi jugsa didapatkan dengan berselancar di internet.
 
Beragam media elektronik mewartakan. Upaya yang sama juga dilakukan Sugiyono yang mencari informasi dari media elektronik dan Dinas Kesehatan Kulon Progo. Barulah pihak Dinkes berkomunikasi dengan Koordinator Warkop, Diana untuk membahas kapan dan di mana dilakukan sosialisasi untuk anggota Warkop.
 
“Biasanya di warung makan atau di tempat yang kami sepakati. Tapi memang tidak semua (anggota Warkop) mengikuti sosialisasi karena ada acara lain,” kata Diana, 48 tahun.
 
Informasi yang gamblang membuat waria-waria Warkop mulai menyadari arti penting vaksin covid-19 bagi mereka. Dan mereka yang menolak karena takut, mulai berubah pikiran. Imbauan vaksinasi pun mereka terima sejak pertengahan 2021.
 
Sugiyono lantas ikut vaksinasi yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Kabupaten Kulon Progo. Syarat vaksin hanya cukup membawa kartu tanda penduduk (KTP) yang sudah dimiliki semua anggota Warkop yang rata-rata penduduk Kulon Progo.
 
“Saya akhirnya vaksin 5 Agustus (2021) dan 28 Agustus (2021). Tapi saya belum vaksin dosis ketiga atau apa itu," kata waria 31 tahun ini.
 
Baca: Kasus Covid-19 Bertambah 1.614 Hari Ini

 
Eko juga memberanikan diri untuk menyusul ikut vaksinasi. Dia memilih desa tempat tinggalnya menjadi lokasi vaksin. Dosis pertama 19 Agustus 2021 dan kedua 16 September 2021. Ketakutan akan mati usai vaksin pun tak terbukti.
 
“Kejadian ikutan pascaimunisasi (Kipi) juga tidak,” aku pemakai nama Adelia ini.
 
Yanti pun mantap ikut vaksinasi. Bahkan dia sudah mendapatkan vaksinasi ketiga alias booster.
 
“Baru dapat Kipi waktu vaksinasi ketiga. Nyeri di bagian bekas suntikan,” kata Yanti, waria yang memiliki KTP dengan nama Yanti Rosita itu.
 
Lokasi vaksinasi waria Warkop, menurut Sugiyono beragam. Ada yang di rumah sakit, ada pula di
kampung masing-masing. Ada pula yang ikut vaksinasi yang digelar di Dinas Kebudayaan Kulon Progo untuk memfasilitasi pelaku seni dan budaya.
 
“Vaksinasi sesuai di lokasi yang mudah diakses. Kalau ada yang belum vaksin bisa langsung datang ke RSUD Wates,” imbuh Sugiyono yang belum menambah vaksinasi booster dengan alasan kesibukan.
 
Sampai saat ini, ada dua anggota warkop yang belum vaksin karena alasan kesehatan. Salah satunya Diana. Ia terpaksa menunda vaksinasi karena memiliki penyakit penyerta usai melakukan cek laboratorium sekitar sebulan lalu.
 
“Sudah diberi obat sama dokter dan baru dapat surat layak vaksin 8 Juni 2022. Tapi belum tahu ntar kapan saya mau vaksin,” ucap Diana.
 
Informasi vaksinasi juga diperoleh melalui grup media sosial Whatsapp. Saat itu, Warkop dipersilakan mendata anggotanya yang belum vaksin untuk bisa mengakses vaksin covid-19 sesuai jadwal yang tersedia.
 
“Itu di grup pasar (grup sesama pedagang) ngandhani (memberi tahu) bisa ikut vaksin di Kantor Pos, atau Kodim. Ada juga tawaran vaksin dari Iwayo (Ikatan Waria Yogyakarta),” ujar pemilik toko kelontong ini.
 
Lantaran dianggap cukup melek informasi tentang vaksinasi covid-19, Eko pun diminta terlibat
pengurusan vaksinasi di kampungnya. Sebagai anggota Karangtaruna, ia turut berperan mendata danmembantu lansia untuk mendapat vaksin. Ia mendatangi lansia dari rumah ke rumah. Tak sekedar melakukan pendataan, Eko juga memberikan penjelasan tentang pentingnya vaksinasi tersebut.
 
“Kalau kasih informasi ke lansia itu harus pelan dan sabar. Kalau sudah paham baru ditanya, mau
divaksin kapan. Baru kami catat menyesuaikan vaksinasi di desa,” papar Eko.
 
Teknis keberangkatan lansia ke lokasi vaksinasi pun diatur olehnya.
 
“Kalau ada pendamping berarti tinggal kami jelaskan kalau vaksinasi cukup bawa kartu identitas KTP. Kalau tidak ada pendamping, ya saya bantu menjemput,” kata Eko.
 
Keterlibatannya dalam pengurusan vaksinasi di kampung juga digunakan Eko untuk memberikan
sosialisasi tentang pentingnya vaksinasi kepada teman-temannya di Warkop.
 
“Ya sambil ngobrol saat kumpul-kumpul. Akhirnya banyak anggota Warkop yang sudah vaksinasi,” kata Eko.
 
 

Sosialisasi Baru Sekali

Kabar Kabur Vaksin Covid-19, Waria Kulon Progo Sempat Menolak karena Takut Mati
Waria di Yogyakarta tengah antri vaksinasi Covid-19. Foto dok. Waria Crisis Center.
 
Waria Crisis Center Sejauh ini, kekhawatiran waria anggota Warkop soal vaksin tak tertangkap pemegang kebijakan di Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo. Pihak Dinkes mengklaim jajarannya sudah melakukan penyuluhan tentang pentingnya vaksin covid-19 untuk waria.
 
“Penyuluhannya menjadi sisipan di antara sosialisasi tentang Odha (orang dengan HIV dan Aids),” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, Rina Nuryati, 15 Juni 2022.
 
Sementara sosialisasi itu dilakukan 2-3 kali dalam setahun. Acara dilakukan dengan menyesuaikan kegiatan waria.
 
“Untuk waria biasanya malam hari. Kami janjian dengan koordinatornya, kapan mereka kumpul,” imbuh Rina.
 
Sementara penyuluhan dengan materi tentang pentingnya vaksin covid-19 dilakukan sekitar Agustus 2021. Pelaksanaan vaksin dilakukan setelah sosialisasi tersebut. Diakui Rina, waria adalah salah satu kelompok minoritas yang menjadi sasaran vaksinasi. Dan ada jalur khusus yang diberikan untuk kelompok tersebut agar mendapat layanan vaksinasi dosis pertama dan
kedua.
 
“Mereka kami fasilitasi untuk mendapat jadwal tersendiri. Mereka bareng teman-temannya biar lebih semangat buat vaksin,” kata Rina.
 
Di sisi lain, Rina mengakui belum ada penyuluhan pentingnya vaksin covid-19 dosis ketiga khusus waria. Lantaran pihaknya masih berfokus pada vaksinasi untuk lansia yang membutuhkan banyak waktu karena dilakukan dari rumah ke rumah.
 
Meski demikian, Rina menyebut tetap mengupayakan agar kelompok waria bisa mendapat vaksin covid-19 dosis satu hingga tiga.
 
“Kalau ada kesempatan, kami memonitor lewat ketua kelompoknya. Kami fasilitasi kelompok terdekat yang mereka suka. Milih di mana (lokasi vaksin), kami fasilitasi,” tutur Rina.
Bahu-membahu Sosialisasi dan Memfasilitasi Vaksin Waria di Yogyakarta tengah mengikuti vaksinasi Covid-19 pada 2021.

Bahu-membahu Sosialisasi dan Memfasilitasi Vaksin

Kabar Kabur Vaksin Covid-19, Waria Kulon Progo Sempat Menolak karena Takut Mati
Waria di Yogyakarta tengah mengikuti vaksinasi Covid-19 pada 2021. Foto dok. Waria Crisis Center
 
Koordinator Waria Crisis Centre Yogyakarta, Rully Mallay mengatakan kabar hoaks tentang vaksin
Covid-19 juga dialami waria di Kota Yogyakarta. Bahkan ada anggota Ikatan Waria Yogyakarta (Iwayo) yang menolak vaksin meski sudah mendapatkan vaksinasi dosis pertama.
 
“Alasan penolakan karena khawatir kejadian pascaimunisasi (Kipi) bisa mengganggu aktivitasnya,” kata Rully saat dihubungi melalui telepon, 26 Juni 2022.
 
Rully mengungkapkan WCC melakukan berbagai upaya untuk menjelaskan pentingnya vaksinasi Covid-19. Upaya itu dilakukan dengan memberikan informasi melalui grup media sosial Whatsapp hingga sosialisasi luring. Sosialisasi itu telah dimulai sekitar Mei-Juni 2021.
 
"Kami juga mengundang anggota Warkop untuk sosialisasi itu. Tapi tidak ada yang hadir. Informasi yang kami dapat karena di sana sudah mendapat info dan vaksin di kampungnya," kata Rully.
 
Upaya-upaya itu membuahkan hasil. Beberapa waria yang semula menolak vaksinasi, akhirnya mau vaksin. Bahkan hingga dosis kedua. Salah satu poin yang disampaikan dalam sosialisasi vaksinasi adalah syarat menunjukkan bukti (telah mengikuti) vaksin untuk mengakses layanan publik.
 
Baca: Covid-19 Naik, Menkes: Booster Cepat-Cepat

Bukti vaksin bisa ditunjukkan dengan menggunakan handphone atau menunjukkan kartu vaksin. Selain itu juga informasi, bahwa vaksinasi Covid-19 penting untuk menciptakan kekebalan tubuh terhadap virus.
 
“Penjelasan ini penting karena banyak berita hoaks ya,” ujar Rully.
 
Sejauh ini, proses vaksinasi untuk anggota Warkop tidak terlalu sulit. Lantaran selama ini, anggota. Warkop tetap hidup membaur bersama dengan keluarga di kampung. Situasi itu membuat para anggota Warkop bisa mengikuti vaksin di lingkungan masyarakat.
 
“Kami kemarin mengupayakan vaksinasi untuk waria se-DIY. Kalau ada anggota Warkop yang belum vaksin, juga kami tawari. Ternyata mereka sudah dapat vaksin di sana,” ucap Rully.
 
Berdasarkan data Waria Crisis Centre, sebanyak 151 orang waria sudah melakukan vaksinasi dosis pertama dan kedua dari total 183 waria di DIY. Sementara, hampir 100 waria sudah mendapat vaksin dosis ketiga atau booster. Adapun 32 waria yang belum mendapat vaksin karena terkendala masalah kesehatan, seperti penyakit jantung, hipertensi, gangguan paru, dan ginjal.
 
Sampai saat ini, lanjut Rully, vaksin booster untuk kelompok waria bisa diakses di Dinas Kesehatan DIY dan Puskesmas Gedongtengen, Kota Yogyakarta. Sementara vaksinasi khusus waria tak bisa digelar mengingat dalam satu hari harus bisa menghabiskan 1.000 dosis vaksin.
 
“Kalau ada anggota Warkop yang belum vaksin, coba akan saya koordinasikan,” imbuh Rully.
 
Sejak covid-19 masuk ke Indonesia, sebanyak 14 waria di DIY terjangkiti virus tersebut. Kemudian 12 waria tersebut meninggal dunia dan 11 di antaranya karena disertai penyakit penyerta. Belum Jadi Prioritas Pemerintah
 
Waria Kulon Progo tengah bernyanyi dan bercengkarama di depan toko kelontong yang menjadi tempat berkumpul sehari-hari.

Belum Jadi Prioritas Pemerintah

Kabar Kabur Vaksin Covid-19, Waria Kulon Progo Sempat Menolak karena Takut Mati
Waria Kulon Progo tengah bernyanyi dan bercengkarama di depan toko kelontong yang menjadi tempat berkumpul sehari-hari. Foto Ahmad Mustaqim.
 
Direktur Pusat Studi Pengarusutamaan Gender dan Anak, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan
Kalijaga Yogyakarta, Witriani mengatakan partisipasi waria dalam penanganan covid-19 menjadi hal positif dalam upaya waria bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya. Meski belum semua lapisan masyarakat menerima keberadaan mereka, bahwa waria juga memiliki hak yang sama.
 

“Waria banyak mendapat diskriminasi, penolakan, stigma. Ini jadi pendidikan masyarakat terhadap orang yang memilih berbeda,” kata Witriani saat dihubungi melalui telepon, 14 Juni 2022.
 
Diskriminasi juga tampak dari belum dijadikannya waria sebagai sasaran prioritas hampir setiap
program-program pemerintah. Tak terkecuali soal vaksinasi covid-19. Menurut Witriani, lantaran salah satu kelompok minoritas ini masih dianggap ‘tidak normal’ atas pilihan gendernya.
 
Ia menegaskan masyarakat secara umum masih butuh edukasi untuk menerima keberadaan waria. Di sisi lain, negara juga harus memberikan ruang bagi kelompok-kelompok tertentu, tak terkecuali waria.
 
“Meskipun waria, mereka juga warga negara. Mereka harus diakui di mata negara dan hukum,” ujarnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)
  • Halaman :
  • 1
  • 2
Read All


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan