Jayapura: Pengamat politik Boni Hargens menyayangkan penyebaran hoaks Badan Intelijen Negara (BIN) menggunakan mortir dari Serbia untuk menyerang sejumlah desa di Papua pada 2021. Isu ini sengaja diembuskan untuk menciptakan ketidakstabilan politik Tanah Air.
“Isu macam itu sengaja diembuskan untuk memperkeruh suasana. Para pelaku tahu situasi politik lagi kurang stabil karena partai-partai pemerintah sebagian sibuk berkampanye untuk 2024 dan hanya sebagian yang masih konsisten membantu presiden," kata Boni saat dihubungi, Sabtu, 19 Juni 2022.
Boni mengapresiasi ketegasan BIN yang langsung membantah keras tudingan itu. Kalau pun ada pihak-pihak yang terus merongrong isu ini, kata Boni mereka sengaja agar politik dalam negeri tidak stabil dan timbul kekacauan. Dengan begitu, menjadi celah bagi kelompok separatis untuk bersuara.
“Pernyataan Pak Edmil selaku Deputi terkait di BIN sudah jelas dan kita harus apresiasi. Bahwa memang tidak ada penggunaan senjata macam itu oleh BIN. Artinya, ya case closed," kata Boni.
Baca: Tudingan Penggunaan Mortir oleh BIN di Papua Strategi Kelompok Separatis
Sebelumnya kelompok pemantau senjata Conflict Armament Research (CAR) yang berbasis di London melaporkan BIN membeli 2.500 mortir dari Serbia untuk para agen di Papua dan dijatuhkan ke sejumlah desa pada 2021 lalu. Dalam laporan tersebut, mortir diproduksi pembuat senjata Serbia, Krusik.
Dalam laporan tersebut, mortir dimodifikasi agar bisa dijatuhkan bukan dari tabung mortir. Namun tidak disebutkan pihak yang memodifikasi mortir tersebut.
Dalam laporan tersebut, pembelian mortir itu tidak disampaikan ke parlemen sebagai pihak yang menyetujui anggaran. Sebanyak peluru mortir 81 milimeter digunakan dalam sejumlah serangan di Papua pada medio Oktober 2021.
Jayapura: Pengamat politik Boni Hargens menyayangkan penyebaran hoaks
Badan Intelijen Negara (BIN) menggunakan mortir dari Serbia untuk menyerang sejumlah desa di Papua pada 2021. Isu ini sengaja diembuskan untuk menciptakan ketidakstabilan politik Tanah Air.
“Isu macam itu sengaja diembuskan untuk memperkeruh suasana. Para pelaku tahu situasi politik lagi kurang stabil karena partai-partai pemerintah sebagian sibuk berkampanye untuk 2024 dan hanya sebagian yang masih konsisten membantu presiden," kata Boni saat dihubungi, Sabtu, 19 Juni 2022.
Boni mengapresiasi ketegasan BIN yang langsung membantah keras tudingan itu. Kalau pun ada pihak-pihak yang terus merongrong isu ini, kata Boni mereka sengaja agar politik dalam negeri tidak stabil dan timbul kekacauan. Dengan begitu, menjadi celah bagi kelompok separatis untuk bersuara.
“Pernyataan Pak Edmil selaku Deputi terkait di BIN sudah jelas dan kita harus apresiasi. Bahwa memang tidak ada penggunaan senjata macam itu oleh BIN. Artinya, ya
case closed," kata Boni.
Baca: Tudingan Penggunaan Mortir oleh BIN di Papua Strategi Kelompok Separatis
Sebelumnya kelompok pemantau senjata Conflict Armament Research (CAR) yang berbasis di London melaporkan BIN membeli 2.500 mortir dari Serbia untuk para agen di Papua dan dijatuhkan ke sejumlah desa pada 2021 lalu. Dalam laporan tersebut, mortir diproduksi pembuat senjata Serbia, Krusik.
Dalam laporan tersebut, mortir dimodifikasi agar bisa dijatuhkan bukan dari tabung mortir. Namun tidak disebutkan pihak yang memodifikasi mortir tersebut.
Dalam laporan tersebut, pembelian mortir itu tidak disampaikan ke parlemen sebagai pihak yang menyetujui anggaran. Sebanyak peluru mortir 81 milimeter digunakan dalam sejumlah serangan di Papua pada medio Oktober 2021.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(WHS)