Bandung: Jumlah kasus demam berdarah dangue (DBD) di Kota Bandung terus naik. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mencatat kasus DBD pada 2022 per Oktober berjumlah 4.363, melebihi kasus DBD di tahun 2021 yang mencapai 3.743.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Bandung, Ira Dewi Jani, mengatakan kasus DBD di 2022 tertinggi ada pada periode Januari-Juli, yakni 3.982. Pada periode yang sama di tahun 2021, berjumlah 1.516 kasus.
"Agustus-Oktober, kasus pada 2022 lebih sedikit daripada periode sama pada 2021. Trennya menurun daripada periode sama pada 2021," jelasnya.
Kasus DBD periode Agustus-Oktober 2022 sebanyak 381. Sementara 2021, pada periode sama mencapai 1.057 kasus.
Dari pengamatan Dinkes Kota Bandung, kasus DBD tinggi saat musim hujan. Namun, cuaca bukan satu-satunya faktor, masih ada faktor lainnya yang menimbulkan kasus DBD.
"Kecamatan Buahbatu menjadi wilayah dengan kasus terbanyak per Agustus 2022. Pihaknya pun antisipasi kasus DBD dengan pemberantasan tempat pengindukan nyamuk aedes aegypti, dan aedes albopictus sebagai vektor penyebaran virus penyakit itu kepada manusia," lanjutnya.
Ira minta masyarakat waspada perkembangbiakan vektor virus penyebab DBD terhadap manusia tersebut. Gerakan satu rumah satu jumantik (G1R1J) juga harus benar-benar berjalan. Beriringan dengan itu, langkah 3M plus-menguras, mengubur, menutup, dan pemberian abate mesti selalu menjadi perhatian.
Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat (Jabar) mencatat angka demam berdarah atau DBD di Jabar mencapai 27.010 kasus dari Januari-Agustus 2022. Dari data tersebut, dilaporkan sebanyak 241 kematian terjadi akibat DBD.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jabar, Ryan Bayusantika Ristandi, mengatakan angka kasus DBD ini diprediksi akan terus meningkat. Penyebabnya karena saat ini wilayah di Jabar telah masuk musim penghujan.
"Kemungkinan tetap ada (penambahan jumlah kasus DBD), terutama kalau masih ada yang lalai tidak waspada terhadap adanya sarang nyamuk. Seperti tidak memperhatikan kebersihan situasi tempat tinggal atau tempat beraktivitas," ujar Ryan.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
Bandung: Jumlah kasus demam berdarah dangue
(DBD) di Kota Bandung terus naik. Dinas Kesehatan (Dinkes)
Kota Bandung mencatat kasus DBD pada 2022 per Oktober berjumlah 4.363, melebihi kasus DBD di tahun 2021 yang mencapai 3.743.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Bandung, Ira Dewi Jani, mengatakan kasus DBD di 2022 tertinggi ada pada periode Januari-Juli, yakni 3.982. Pada periode yang sama di tahun 2021, berjumlah 1.516 kasus.
"Agustus-Oktober, kasus pada 2022 lebih sedikit daripada periode sama pada 2021. Trennya menurun daripada periode sama pada 2021," jelasnya.
Kasus DBD periode Agustus-Oktober 2022 sebanyak 381. Sementara 2021, pada periode sama mencapai 1.057 kasus.
Dari pengamatan Dinkes Kota Bandung, kasus DBD tinggi saat musim hujan. Namun, cuaca bukan satu-satunya faktor, masih ada faktor lainnya yang menimbulkan kasus DBD.
"Kecamatan Buahbatu menjadi wilayah dengan kasus terbanyak per Agustus 2022. Pihaknya pun antisipasi kasus DBD dengan pemberantasan tempat pengindukan nyamuk aedes aegypti, dan aedes albopictus sebagai vektor penyebaran virus penyakit itu kepada manusia," lanjutnya.
Ira minta masyarakat waspada perkembangbiakan vektor virus penyebab DBD terhadap manusia tersebut. Gerakan satu rumah satu jumantik (G1R1J) juga harus benar-benar berjalan. Beriringan dengan itu, langkah 3M plus-menguras, mengubur, menutup, dan pemberian abate mesti selalu menjadi perhatian.
Sementara itu, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat (Jabar) mencatat angka demam berdarah atau DBD di Jabar mencapai 27.010 kasus dari Januari-Agustus 2022. Dari data tersebut, dilaporkan sebanyak 241 kematian terjadi akibat DBD.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jabar, Ryan Bayusantika Ristandi, mengatakan angka kasus DBD ini diprediksi akan terus meningkat. Penyebabnya karena saat ini wilayah di Jabar telah masuk musim penghujan.
"Kemungkinan tetap ada (penambahan jumlah kasus DBD), terutama kalau masih ada yang lalai tidak waspada terhadap adanya sarang nyamuk. Seperti tidak memperhatikan kebersihan situasi tempat tinggal atau tempat beraktivitas," ujar Ryan.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news
Medcom.id. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)