Pemandangan Gunung Merapi yang sedang meluncurkan lava pijar terlihat dari Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (15/8/2021). (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/foc)
Pemandangan Gunung Merapi yang sedang meluncurkan lava pijar terlihat dari Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (15/8/2021). (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/foc)

Sepekan, Merapi Didominasi Gempa Guguran

Media Indonesia.com • 06 November 2021 09:48
Jakarta: Selama sepekan yakni mulai 29 Oktober hingga 4 November 2021, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat kegempaan di Gunung Merapi didominasi kegempaan guguran (RF) yang mencapai 1.297 kali. 
 
Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida, mengatakan Gunung yang berada di perbatasa DI Yogyakarta dan Jawa Tengah ini juga mengalami kegempaan lainnya. Yakni 181 gempa hembusan, 33 kali gempa Fase Banyak (MP) dan 15 kali gempa tektonik serta 1 kali gempa awan panas guguran.
 
"Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih rendah dibandingkan dengan kegempaan pekan lalu," kata Hanik, melansir Mediaindonesia.com, Sabtu, 6 November 2021.

Dia menjelaskan, BPPTKG juga mencatat adanya satu kali awan panas guguran ke arah barat daya dengan jarak luncur hingga 2.000 meter. Sedangkan Guguran lava teramati sebanyak 106 kali ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter.
 
"Kubah lava tidak terjadi perubahan morfologi yang signifikan, baik kubah lava tengah maupun kubah lava barat daya, Volume kubah lava barat daya sebesar 1.610.000 meter kubik dan kubah
tengah sebesar 2.927.000 meter kubik," kata Hanik.
 
Baca: Puncak Merapi Diguncang 1.199 Kali Gempa Guguran
 
Selama periode pengamatan tersebut, tercatat terjadi hujan dengan intensitas sebesar 49 milimeter per jam selama 220 menit yang tercatat di Pos Kaliurang pada hari Selasa, 2 November 2021.
 
"Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di puncak Gunung Merapi," ujarnya.
 
Meski demikian, Hanik mengemukakan aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi berupa aktivitas erupsi efusif sehingga status aktivitas ditetapkan dalam tingkat Siaga.
 
Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awanpanas pada sektor Tenggara Barat Daya sejauh maksimal 3 kilometer ke arah Sungai Woro dan sejauh 5 kilometer ke arah Sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.
 
"Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak," katanya. (AU)
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan