Warga di rumahnya yang terendam banjir di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (12/3/2022). ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah.
Warga di rumahnya yang terendam banjir di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (12/3/2022). ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah.

Sejumlah Daerah di Sulteng Rawan Banjir dan Longsor

Antara • 16 Maret 2022 08:22
Palu: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) mencatat sejumlah daerah rawan banjir dan tanah longsor. Terlebih saat cuaca buruk yang diprakirakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terjadi hingga akhir Maret 2022.
 
"Daerah yang rawan banjir hampir di semua kabupaten. Awal tahun ini sejumlah daerah yang dilanda banjir mulai dari Kabupaten Buol, Poso, Banggai, Donggala, Tolitoli, Morowali Utara, Morowali, Sigi, dan Kota Palu," kata Kepala Bidang Logistik dan Kedaruratan BPBD Sulteng Andy Sembiring, di Kota Palu, Selasa, 16 Maret 2022.
 
Daerah rawan tanah longsor, lanjutnya, meliputi Jalur Trans Sulawesi pada poros jalan nasional Toboli-Taweli atau lebih dikenal jalur Kebun Kopi di Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong, sejumlah wilayah di Kabupaten Sigi, dan Tolitoli.

Dampak bencana tersebut cukup signifikan di antaranya lahan pertanian dan perkebunan warga rusak sehingga berpotensi mengakibatkan kerugian materiel di samping kerusakan infrastruktur dan fasilitas umum milik pemerintah, seperti jalan dan jembatan.
 
Baca juga: Eks Bupati Lombok Barat Bebas usai 7 Tahun Dipenjara
 
"Oleh sebab itu yang paling penting dilakukan oleh semua pihak saat ini adalah mitigasi atau upaya mengurangi dampak akibat bencana yang terjadi. Jangan mitigasi yang dilakukan hanya berupa sosialisasi atau lokakarya di dalam ruangan," ujarnya.
 
Ia menyatakan mitigasi yang penting dilakukan oleh pemerintah daerah utamanya oleh BPBD kabupaten dan kota dibantu oleh lembaga kemanusiaan nonpemerintah bersama masyarakat berupa praktik di lapangan sehingga bukan hanya teori.
 
"Jangan hanya teori berupa latihan dan sosialisasi di dalam ruangan. Hanya latihan mengisi tabel dan memasukkan data tetapi saat berada di lokasi yang terjadi bencana tidak tahu mau melakukan mitigasi seperti apa. Penanganan bencana tidak cukup dengan teori sosialisasi tetapi dengan aksi," ucapnya.
 
Ia optimistis jika semua pihak memiliki wawasan, pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan mitigasi, dampak bencana tidak separah sekarang.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan