Surabaya: Aiptu Muhammad Yani, ayah MR, 19, menyebut Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya lamban memberi informasi kepada keluarga perihal kematian anaknya. Yani mengaku kecewa, karena baru mendapat kabar dua jam setelah anaknya meninggal.
"Saya baru dapat kabar dua jam setelah anak saya meninggal. Harusnya kan keluarga dikabari langsung. Saya enggak tau apakah ada niat tidak baik atau tidak," kata Yani, dikonfirmasi, Rabu, 8 Februari 2023.
Yani menduga ada itikad tidak baik dari pengasuh atau pembimbing Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya. Indikasinya, keluarga korban baru mendapar informasi dari pihak kampus dua jam setelah kejadian.
"Yang saya sesalkan itu, kenapa saya baru diberitahu dua jam kemudian. Pengasuh juga menyampaikan anak saya meninggal karena terpeleset, tapi tidak masuk akal. Karena saya menemukan beberapa kejanggalan seperti lebam, berdarah di tubuh jasad anak saya," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya, Heru Widada, tak banyak komentar terkait kasus tersebut. Heru menyatakan bahwa kasus itu telah diserahkan penuh kepada Polrestabes Surabaya.
Saat ini, lanjut Heru, polisi juga sudah memeriksa 13 mahasiswa sebagai saksi. Mereka terdiri dari teman satu angkatan dan senior MR. "Polisi sudah periksa mahasiswa sebagai saksi. Sudah berjalan sejak tadi siang hingga saat ini," kata Heru.
Pihak kampus sendiri, kata dia, berjanji akan kooperatif dan transaparan dalam kasus tersebut kepada masyarakat. "Tentunya kami sangat terbuka di dalam membuka kasus ini seluas luas, seterang benderangnya. Apa yang gerangan terjadi, pada malam senin tersebut," katanya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Surabaya: Aiptu Muhammad Yani, ayah MR, 19, menyebut Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya lamban memberi informasi kepada keluarga perihal
kematian anaknya. Yani mengaku kecewa, karena baru mendapat kabar dua jam setelah anaknya meninggal.
"Saya baru dapat kabar dua jam setelah anak saya meninggal. Harusnya kan keluarga dikabari langsung. Saya enggak tau apakah ada niat tidak baik atau tidak," kata Yani, dikonfirmasi, Rabu, 8 Februari 2023.
Yani menduga ada itikad tidak baik dari pengasuh atau pembimbing
Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya. Indikasinya, keluarga korban baru mendapar informasi dari pihak kampus dua jam setelah kejadian.
"Yang saya sesalkan itu, kenapa saya baru diberitahu dua jam kemudian. Pengasuh juga menyampaikan anak saya meninggal karena terpeleset, tapi tidak masuk akal. Karena saya menemukan beberapa
kejanggalan seperti lebam, berdarah di tubuh jasad anak saya," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Politeknik Pelayaran (Poltekpel) Surabaya, Heru Widada, tak banyak komentar terkait kasus tersebut. Heru menyatakan bahwa kasus itu telah diserahkan penuh kepada Polrestabes Surabaya.
Saat ini, lanjut Heru, polisi juga sudah memeriksa 13 mahasiswa sebagai saksi. Mereka terdiri dari teman satu angkatan dan senior MR. "Polisi sudah periksa mahasiswa sebagai saksi. Sudah berjalan sejak tadi siang hingga saat ini," kata Heru.
Pihak kampus sendiri, kata dia, berjanji akan kooperatif dan transaparan dalam kasus tersebut kepada masyarakat. "Tentunya kami sangat terbuka di dalam membuka kasus ini seluas luas, seterang benderangnya. Apa yang gerangan terjadi, pada malam senin tersebut," katanya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)