Bandung: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus campak. Sebab sepanjang 2022 kemarin, suspek campak di Jabar menyentuh hingga 1.943 kasus.
"Betul KLB (kasus Campak). Di tahun 2022 (kemarin) memang di Jabar kasus campak kita meningkat, tapi itu kejadiannya di pertengahan tahun lalu itu ada 1.943 kasus suspek, kalau yang positif 508 kasus," Ketua Tim Surveilans Dinkes Jabar, Dewi Ambarwati saat dihubungi, Jumat, 27 Januar 2023.
Sementara di awal 2023 ini, Dewi mengaku sudah ada 19 kasus campak yang tercatat di 27 kabupaten kota di Jabar. "Jadi yang melaporkan dari 27 kabupaten/kota itu hanya 19 kasus campak," sambungnya.
Menurut Dewi, tingginya kasus campak di 2022 kemarin dikarenakan adanya penularan virus yang cukup masif seperti melalui droplet atau infeksi percikan dahak, batuk, hingga pilek. Selain itu juga, kurangnya pemberian imunisasi pada anak yang dinilai menjadi pemicu terpapar virus campak.
"Jadi kebanyakan anak yang positif itu riwayat imunisasinya tidak lengkap. Seharusnya kan Imunisasi campak itu diberikan dari usia 9,18, hingga 24 bulan, dan diberikan lagi pada kelas 1 SD di bulan imunisasi anak sekolah," bebernya.
Dewi pun berharap masyarakat khususnya para orang tua dapat memperhatikan kembali anaknya dalam mendapatkan imunisasi secara lengkap.
"Masyarakat Jabar berikan hak anak kita dengan memberikan imunisasi secara lengkap, baik imunisasi dasar rutin, imunisasi lanjutan, bahkan imunisasi anak sekolah. Jadi tidak hanya campak saja (dalam pemberian imunisasi)," ungkapnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Bandung:
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus campak. Sebab sepanjang 2022 kemarin, suspek campak di Jabar menyentuh hingga 1.943 kasus.
"Betul KLB (kasus Campak). Di tahun 2022 (kemarin) memang di Jabar
kasus campak kita meningkat, tapi itu kejadiannya di pertengahan tahun lalu itu ada 1.943 kasus suspek, kalau yang positif 508 kasus," Ketua Tim Surveilans Dinkes Jabar, Dewi Ambarwati saat dihubungi, Jumat, 27 Januar 2023.
Sementara di awal 2023 ini, Dewi mengaku sudah ada 19 kasus campak yang tercatat di 27 kabupaten kota di Jabar. "Jadi yang melaporkan dari 27
kabupaten/kota itu hanya 19 kasus campak," sambungnya.
Menurut Dewi, tingginya kasus campak di 2022 kemarin dikarenakan adanya penularan virus yang cukup masif seperti melalui droplet atau infeksi percikan dahak, batuk, hingga pilek. Selain itu juga, kurangnya pemberian imunisasi pada anak yang dinilai menjadi pemicu terpapar virus campak.
"Jadi kebanyakan anak yang positif itu riwayat imunisasinya tidak lengkap. Seharusnya kan Imunisasi campak itu diberikan dari usia 9,18, hingga 24 bulan, dan diberikan lagi pada kelas 1 SD di bulan imunisasi anak sekolah," bebernya.
Dewi pun berharap masyarakat khususnya para orang tua dapat memperhatikan kembali anaknya dalam mendapatkan imunisasi secara lengkap.
"Masyarakat Jabar berikan hak anak kita dengan memberikan imunisasi secara lengkap, baik imunisasi dasar rutin, imunisasi lanjutan, bahkan imunisasi anak sekolah. Jadi tidak hanya campak saja (dalam pemberian imunisasi)," ungkapnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WHS)