Mangku Mokoh mengungkapkan alasannya nekat mendaki Gunung Agung. Foto: Medcom.id/Raiza Andini
Mangku Mokoh mengungkapkan alasannya nekat mendaki Gunung Agung. Foto: Medcom.id/Raiza Andini

Alasan Mangku Mokoh Nekat Mendaki Gunung Agung

Raiza Andini • 14 Desember 2017 14:26
Karangasem: Jero Mangku Mokoh, 42, dan ayah mertuanya Jero Mangku Bon, 70, mendaki puncak Gunung Agung. Selama dua jam, keduanya sembahyang dan mengambil benang suci tridatu yang sudah dikuburnya di puncak gunung selama 42 hari.
 
Mangku Mokoh, begitu dia disapa, mengatakan bahwa aksi nekatnya bersama sang ayah bukan tanpa sebab. Dia melakukan pendakian untuk melanjutkan ritual sebelumnya yakni sembahyang di puncak Gunung Agung pada saat hari raya Galungan. Di atas sana, dia lantas pengambilan air suci dan benang Tridatu.
 
(Baca: Warga Naik ke Kawah Gunung Agung Kembali Bikin Heboh)

“Selama 42 hari yang lalu sudah tanam di sana, memang jadwalnya kemarin tanggal 13 untuk diambil, sesuai dengan hari pitung dine,” ungkap Mangku Mokoh saat ditemui di Pura Pejenengan, Tap Sai, Desa Pempatan, Karangasem, Kamis, 14 Desember 2017.
 
Mangku Mokoh sudah mendaki Gunung Agung sebanyak delapan kali. Namun pendakian terakhir perjalanan terberat, lantaran jalur pendakian sudah ditutupi abu vulkanik sehingga menyulitkan dirinya untuk melangkah.
 
“Memang lebih sulit sekarang. Jalannya udah licin, ketinggian abunya sudah tebal semeter,” tambahnya.
 
Alasan Mangku Mokoh Nekat Mendaki Gunung Agung
Benang suci tridatu yang ditanam dan diambil Mangku Mokoh di puncak Gunung Agung. Foto: Medcom.id/Raiza Andini
 
Pengambilan benang suci tridatu dan air tirta Gunung Agung merupakan ritual wajib yang harus dia laksanakan setelah Hari Raya Galungan. Bermodalkan keyakinan kuat terhadap agamanya Jero Mangku Mokoh dan Jero Mangku Bon mendaki ke gunung tertinggi di Bali itu.
 
“Enggak ada pewisik (bisikan Tuhan), saya yakin kalau saya naik ke atas saya selamat cuma itu aja,” tandasnya.
 
(Baca: Heboh Video Warga Nekat Naik ke Gunung Agung)
 
Benang suci tridatu tersebut telah dibawa ke Pura Suci Besakih dan juga Pura Pejenengan Tap Sai. Diyakini setelah memakai benang tersebut, masyarakat pengrase jiwa atau perlindungan diri.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan