Sumber mata air Senjoyo. Foto: Medcom.id/Ilham Wibowo
Sumber mata air Senjoyo. Foto: Medcom.id/Ilham Wibowo

Sumur Resapan Bantu Pulihkan Sumber Mata Air Senjoyo

Ilham wibowo • 20 Maret 2018 09:40
Salatiga: Kehadiran ratusan sumur resapan di wilayah Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang dinilai telah membantu memulihkan kondisi sumber mata air Senjoyo di kaki Gunung Merbabu. Teknologi sederhana penangkap air itu dibangun berdasarkan inisiatif warga setempat.
 
"Kita harus mencoba bagaimana menambah cadangan air. Salah satu caranya membangun sumur resapan," ungkap Senior Raw Water Adaptation Specialist USAID Iuwash Plus, Asep Mulyana di Jawa Tengah, Senin, 19 Maret 2018.
 
Kondisi mata air Senjoyo sempat dikhawatirkan berhenti menghasilkan air untuk kebutuhan warga. Debit air yang digunakan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Salatiga terus mengalami penurunan drastis bahkan saat musim penghujan. Mata air ini mengalami penurunan terendah hingga mencapai 40 persen dalam kurun waktu 13 tahun.
 
Asep menuturkan, berangkat dari kekhawatiran tesrebut pihaknya mendorong masyarakat berinisiatif membuat alat sederhana penangkap air. Kondisi tanah di kawasan Kota Salatiga maupun Kabupaten Semarang dinilai paling cocok untuk diterapkan teknologi sumur resapan.
 
"Teknologi sederhana ini sangat menjanjikan dalam memulihkan sumber air. Sumur resapan yang dibuat warga memiliki dampak langsung pada mata air Senjoyo," kata Asep.
 
Baca: Gedung Tinggi Sedot Separuh Distribusi Air PAM
 
Tak perlu biaya mahal untuk membangun sumur resapan. Warga hanya perlu menggali dua meter volume lubang per segi. Setelah itu, lubang dimasukan material batu kerikil 30 cm dan ditambah ijuk setinggi 50 sentimeter.
 
"Kami tidak ada program ganti rugi tapi mengkampanyekan manfaat sumur resapan. Tidak hanya untuk mata air, kami bisa menunjukkan dampak positif menambah dan meningkatkan muka air tanah penduduk di samping juga mengurangi adanya genangan air di halamam rumah," kata Asep.
 
Sumur resapan dinilai lebih efektif sebagai konservasi mata air ketimbang penanaman pohon. Dalam kurun waktu tiga tahun, perubahan nyata bisa dirasakan masyarakat saat menjaga ketahanan sumber penghidupan.
 
"Revegetasi itu wajib, hanya saja kebutuhan air yang mendesak penanaman pohon mungkin menjadi opsi nomor dua. Menanam pohon untuk ciptakan humus yang berfungsi menyerap air hujan itu perlu waktu ratusan tahun. Secara instan, ekonomis, mudah bisa dilakukan dengan sumur resapan," tuturnya.
 
Direktur PDAM Kota Salatiga Samino menuturkan, saat ini pihaknya bisa leluasa memanfaatkan mata air Senjoyo untuk mengalirkan air bersih ke rumah warga. Dalam kurun waktu tiga tahun terkahir perubahan kondisi air tanah telah dirasakan. Debit air yang masuk ke PDAM Salatiga saat ini bisa mengelola air hingga 145 liter per detik.
 
"Saat ini water level di mata air Senjoyo sangat tinggi, saya bekerja sejak 1986 belum pernah mengalami kondisi itu sampai sekarang. Ini berkah bagi PDAM dan Pemda untuk dikembalikan kepada masyarakat," ungkapnya.


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan