Bandar Lampung: Perajin tahu tempe di Kota Bandar Lampung, mengancam mogok produksi pada awal Juli mendatang. Hal itu dilakukan sebagai bentuk protes atas kenaikan harga kedelai yang mencapai Rp12 ribu per kilogram.
Salah satu penjual tahu tempe di pasar Gintung, Rahmadi, mengatakan tingginya harga kedelai membuat perajin menghentikan produksi dan menaikkan harga jual.
“Naiknya 100 persen, harga normal itu Rp6.500, tetapi sekarang Rp12 ribu per Kg. Kami enggak sanggup kalau harus menanggung biaya produksi setinggi itu,” kata dia, Selasa, 15 Juni 2021.
Rahmadi mengatakan meski harga kedelai lokal lebih murah dibandingkan impor, perajin tetap memilih untuk berhenti produksi dibandingkan harus menggunakan produk lokal yang kualitasnya buruk.
“Kalau pakai lokal diprotes sama pelanggan, warnanya hitam dan nggak tahan lama. Dari pada enggak ada yang beli mending setop produksi saja,” ujarnya.
Baca: Kamar Rawat Inap Covid-19 RSUD Kota Tangerang Penuh
Pedagang yang memiliki pabrik kecil di Gunung Sulah itu berharap adanya peran pemerintah untuk menstabilkan harga kedelai di pasaran. Dengan mengeluarkan kebijakan impor kedelai dalan jumlah besar.
“Kalau memang tidak ada penimbunan berarti persediaannya yang nggak ada. Pemerintah bantu lah, keluarin kebijakan yang sekiranya bisa mengembalikan harga kedelai,” kata dia.
Bandar Lampung: Perajin tahu tempe di Kota Bandar Lampung, mengancam mogok produksi pada awal Juli mendatang. Hal itu dilakukan sebagai bentuk protes atas kenaikan harga kedelai yang mencapai Rp12 ribu per kilogram.
Salah satu penjual tahu tempe di pasar Gintung, Rahmadi, mengatakan tingginya harga kedelai membuat perajin menghentikan produksi dan menaikkan harga jual.
“Naiknya 100 persen, harga normal itu Rp6.500, tetapi sekarang Rp12 ribu per Kg. Kami enggak sanggup kalau harus menanggung biaya produksi setinggi itu,” kata dia, Selasa, 15 Juni 2021.
Rahmadi mengatakan meski harga kedelai lokal lebih murah dibandingkan impor, perajin tetap memilih untuk berhenti produksi dibandingkan harus menggunakan produk lokal yang kualitasnya buruk.
“Kalau pakai lokal diprotes sama pelanggan, warnanya hitam dan nggak tahan lama. Dari pada enggak ada yang beli mending setop produksi saja,” ujarnya.
Baca:
Kamar Rawat Inap Covid-19 RSUD Kota Tangerang Penuh
Pedagang yang memiliki pabrik kecil di Gunung Sulah itu berharap adanya peran pemerintah untuk menstabilkan harga kedelai di pasaran. Dengan mengeluarkan kebijakan impor kedelai dalan jumlah besar.
“Kalau memang tidak ada penimbunan berarti persediaannya yang nggak ada. Pemerintah bantu lah, keluarin kebijakan yang sekiranya bisa mengembalikan harga kedelai,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ALB)
