Jember: Misteri pembunuhan Galau Wahyu Utama, 19, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember (Unej) di Kabupaten Jember, Jawa Timur, akhirnya terungkap setelah 9 tahun.
Polisi menangkap dua pelaku di Bali yakni ARH, 33, warga Desa Jelbuk, Kecamatan Jelbuk dan MR, 35, warga Desa Kamal, Kecamatan Arjasa. Modusnya, dua pelaku berpura-pura akan membeli sebuah rumah.
Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo mengatakan rumah itu terletak di Jalan Raden Patah, Jember. Pada saat itu, rumah tersebut kosong dan kedua pelaku menghubungi sang pemilik rumah, Suwono, yang bekerja sebagai perajin tas di Tanggulangin, Sidoarjo.
"Suwono kemudian menyampaikan, untuk urusan rumah itu, mereka akan berhubungan dengan keponakannya, Galau alias korban yang memang berada di Jember," kata Hery, Kamis, 24 Februari 2022.
Baca juga: Rumah Rusak Akibat Pergerakan Tanah di Lebak Menjadi 43 Unit
Setelah itu, kedua pelaku membuat janji pertemuan dengan Galau. Sebelum bertemu, Galau sempat mengirimkan pesan pendek via ponsel kepada ibu dan ayahnya untuk mengabarkan dirinya pulang agak malam, karena menemui calon pembeli rumah.
Galau kemudian menemui dua pelaku setelah jam kuliah. Dalam pertemuan itu, ARH dan MR mengajaknya bertemu dengan seseorang yang disebut bos yang hendak membeli rumah. Mereka pun berangkat dengam mobil Honza Jazz milik Galau.
“Korban diajak berputar-putar oleh pelaku. ARH yang duduk di bangku belakang mobil mencekik korban dan pelaku MR yang duduk di sebelah korban memegangi tangan dan kakinya,” kata Hery.
Usai menghabisi nyawa Galau, dua pelaku justru kebingungan menutupi jejak perbuatan mereka. Muncul ide di kepala ARH untuk membakar jenazah Galau. Sebuah lahan kosong di Jalan Muhammad Yamin dipilih untuk meletakkan jenazah Galau.
“Jenazah korban kemudian disiram bensin dan dibakar,” kata Hery.
Hery mengakui, penyidik sempat mengalami kendala mengungkap kasus tersebut karena tidak ada saksi di lokasi kejadian.
“Namun ada beberapa bukti baru yang didapatkan yang tidak bisa kami sampaikan, yang membuat terang perkara ini,” ungkap dia.
Menurut Herry, kedua pelaku nekat menghabisi nyawa korban lantaran ingin menguasai harta Galau. ARH membunuh Galau karena sering direndahkan sang calon mertua gegara tak punya mobil.
"Keinginan menguasai harta korban ini dilatarbelakangi adanya tuntutan dari calon mertua yang memandang rendah pelaku, karena pelaku tidak memiliki kendaraan atau mobil," terangnya.
Baca juga: Diduga Korban Perampokan, Lansia di Medan Tewas Mengenaskan
Kepada polisi, ARH mengaku sering diejek calon mertua saat itu. Alasannya, pelaku dianggap tidak memenuhi kemampuan lebih secara ekonomi. Tidak mau terus-terusan diejek, ARH pun ingin menunjukkan kepada calon mertua bahwa memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang bagus.
“Itu dibuktikan dengan mobil Honda Jazz hasil pencurian tersebut,” kata Hery.
Perampasan mobil yang diwarnai pembunuhan itu sudah direncanakan oleh pelaku.
“Caranya dengan mencari target. Kebetulan di Kecamatan Kaliwates ada plang bertuliskan rumah dijual. Pelaku memprediksi penjual rumah adalah orang kaya dan memiliki kendaraan,” jelas Hery.
Jember: Misteri
pembunuhan Galau Wahyu Utama, 19, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember (Unej) di Kabupaten Jember, Jawa Timur, akhirnya terungkap setelah 9 tahun.
Polisi menangkap dua pelaku di Bali yakni ARH, 33, warga Desa Jelbuk, Kecamatan Jelbuk dan MR, 35, warga Desa Kamal, Kecamatan Arjasa. Modusnya, dua pelaku berpura-pura akan membeli sebuah rumah.
Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo mengatakan rumah itu terletak di Jalan Raden Patah, Jember. Pada saat itu, rumah tersebut kosong dan kedua pelaku menghubungi sang pemilik rumah, Suwono, yang bekerja sebagai perajin tas di Tanggulangin, Sidoarjo.
"Suwono kemudian menyampaikan, untuk urusan rumah itu, mereka akan berhubungan dengan keponakannya, Galau alias korban yang memang berada di Jember," kata Hery, Kamis, 24 Februari 2022.
Baca juga:
Rumah Rusak Akibat Pergerakan Tanah di Lebak Menjadi 43 Unit
Setelah itu, kedua pelaku membuat janji pertemuan dengan Galau. Sebelum bertemu, Galau sempat mengirimkan pesan pendek via ponsel kepada ibu dan ayahnya untuk mengabarkan dirinya pulang agak malam, karena menemui calon pembeli rumah.
Galau kemudian menemui dua pelaku setelah jam kuliah. Dalam pertemuan itu, ARH dan MR mengajaknya bertemu dengan seseorang yang disebut bos yang hendak membeli rumah. Mereka pun berangkat dengam mobil Honza Jazz milik Galau.
“Korban diajak berputar-putar oleh pelaku. ARH yang duduk di bangku belakang mobil mencekik korban dan pelaku MR yang duduk di sebelah korban memegangi tangan dan kakinya,” kata Hery.
Usai menghabisi nyawa Galau, dua pelaku justru kebingungan menutupi jejak perbuatan mereka. Muncul ide di kepala ARH untuk membakar jenazah Galau. Sebuah lahan kosong di Jalan Muhammad Yamin dipilih untuk meletakkan jenazah Galau.
“Jenazah korban kemudian disiram bensin dan dibakar,” kata Hery.