Kelompok pemberontak berpose di depan helikopter militer Suriah di kota Aleppo, 2 Desember 2024. (AFP)
Kelompok pemberontak berpose di depan helikopter militer Suriah di kota Aleppo, 2 Desember 2024. (AFP)

Terus Desak Rezim Assad, Pasukan Pemberontak Dekati Kota Hama

Willy Haryono • 04 Desember 2024 17:09
Aleppo: Pasukan pemberontak Suriah kembali mencapai kemajuan signifikan dalam perang melawan pasukan pemerintah rezim Presiden Bashar al-Assad dengan mendekati kota strategis Hama pada Selasa kemarin. 
 
Keberhasilan ini terjadi setelah penguasaan mendadak atas Aleppo pekan lalu, yang mengancam posisi Assad dan memaksa dua sekutunya, Rusia dan Iran, untuk meningkatkan dukungan militer.
 
Pasukan pemberontak, bersama dengan laporan dari Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), mengungkapkan keberhasilan mereka merebut sejumlah desa seperti Maar Shahur, yang berlokasi hanya beberapa kilometer di utara Hama. Media pemerintah Suriah melaporkan pengerahan bala bantuan untuk mempertahankan wilayah tersebut.

Jika Hama jatuh, hal ini akan memberikan tekanan besar pada Assad, yang selama ini mengandalkan dukungan dari sekutu utamanya, Rusia dan Iran. Kota ini telah berada di bawah kendali pemerintah sejak perang saudara dimulai pada 2011.
 
Mengutip dari Channel News Asia, Rabu, 4 Desember 2024, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi menyatakan dalam wawancara berbahasa Arab bahwa Iran dapat mempertimbangkan pengiriman pasukan jika pemerintah Suriah meminta. Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin mendesak diakhirinya "agresi teroris" di Suriah.
 
Perdana Menteri Irak, Shia al-Sudani, menyalahkan serangan militer Israel terhadap pemerintah Suriah sebagai salah satu penyebab kemajuan pemberontak. Ia juga menegaskan bahwa Irak tidak akan menjadi "penonton pasif" dalam konflik ini.
 
Sementara itu, pasukan pemberontak menyebut milisi yang didukung Iran termasuk dalam kelompok yang mereka lawan di sekitar Hama.

Kemajuan Pemberontak

Kemajuan pemberontak juga telah memicu perebutan kekuasaan di wilayah-wilayah lain yang sebelumnya dikuasai pemerintah. Pasukan Demokratik Suriah (SDF), aliansi yang didukung AS, mengumumkan bahwa Dewan Militer Deir al-Zor kini bertanggung jawab atas perlindungan tujuh desa di timur Suriah yang sebelumnya dipegang oleh pasukan pemerintah.
 
Namun, media pemerintah Suriah melaporkan bahwa pasukan pemerintah dan sekutunya sedang mencoba merebut kembali desa-desa tersebut. Serangan dari SDF dianggap sebagai upaya memanfaatkan kelemahan pasukan pemerintah setelah kemajuan pemberontak di barat.
 
Pasukan udara Suriah dan Rusia juga meningkatkan serangan terhadap wilayah pemberontak, dengan laporan korban jiwa dari serangan udara yang menghancurkan rumah sakit di Aleppo dan Idlib.

Situasi Perang yang Kompleks

Situasi perang di Suriah semakin kompleks dengan keterlibatan berbagai aktor internasional, seperti Amerika Serikat, Rusia, Iran, dan Turki, yang memiliki kepentingan berbeda dalam konflik ini.
 
Senin 2 Desember 2024, Iran mengumumkan pertemuan menteri luar negeri dengan Turki dan Rusia di Doha akhir pekan ini untuk mendiskusikan stabilisasi perbatasan.
 
SDF, yang dulunya menjadi pasukan utama dalam memerangi ISIS di wilayah timur Suriah, kini menghadapi tekanan dari Turki yang menganggap kelompok YPG—komponen utama SDF—sebagai organisasi teroris.
 
Kemajuan pemberontak baru-baru ini juga menggusur YPG dari beberapa wilayah di dan sekitar Aleppo, termasuk distrik Sheikh Maqsoud dan koridor sekitar Tel Refaat di utara. Keberadaan SDF di timur laut Suriah turut menghambat jalur suplai bagi milisi yang didukung Iran untuk membantu pasukan Assad.
 
Di sisi lain, Israel terus melakukan serangan terhadap pasukan yang didukung Iran di Suriah. Pada Selasa, serangan di dekat Damaskus dilaporkan menewaskan salah satu perwira senior Hizbullah yang menjadi penghubung dengan militer Suriah.
 
Sementara itu, ratusan pejuang milisi Irak yang didukung Iran dilaporkan telah memasuki Suriah untuk membantu pasukan pemerintah menghadapi serangan pemberontak.
 
Dengan meningkatnya tekanan di berbagai front, posisi Presiden Assad menjadi semakin terdesak. Keterlibatan aktor-aktor internasional yang memiliki kepentingan berbeda juga memperumit upaya mencapai resolusi damai di Suriah. 
 
Peperangan yang terus meluas ini menempatkan Suriah sebagai medan konflik geopolitik yang sangat rumit dan berdampak besar pada stabilitas kawasan. (Muhammad Reyhansyah)
 
Baca juga:  Pemberontak Rebut Aleppo, Fase Baru dalam Perang Sipil Suriah
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan