Senin kemarin, ratusan pendukung al-Sadr menerobos masuk ke Green Zone -- sebuah tempat berdirinya banyak bangunan pemerintah dan kedutaan besar. Aksi itu mereka lakukan usai al-Sadr mengumumkan pengunduran dirinya dari dunia politik secara permanen.
Bentrokan pun tak terhindarkan, yang terjadi antara pasukan keamanan Irak dan massa pendukung al-Sadr.
Menurut laporan terbaru, dikutip dari laman Mehr News Agency, bentrokan berdarah di Irak telah menewaskan 30 orang dan melukai 700 lainnya. Setidaknya 23 orang dari total korban tewas tersebut adalah pendukung al-Sadr.
"Saya berterima kasih kepada pasukan keamanan yang mengambil posisi netral terhadap semua kubu," tutur al-Sadr. Ia menambahkan bahwa Unit Mobilisasi Populer (PMF) pro Iran yang terintegrasi dengan pasukan keamanan Irak sama sekali tidak terlibat dari apa yang terjadi saat ini.
"Sekarang, saya mengkritik revolusi gerakan Sadrist seperti saya mengkritik revolusi Oktober," sambungnya, merujuk pada unjuk rasa anti-pemerintah Irak pada 2019.
Sementara itu, Iran telah menutup semua titik perbatasannya dengan Irak dan menyerukan semua warganya untuk menghindari bepergian ke sana. Iran juga menangguhkan semua penerbangan dari Irak.
Turki juga mengambil langkah serupa, dan menyerukan warganya untuk menghindari bepergian ke Irak. Warga Turki yang sudah berada di Irak diimbau untuk menghindari area-area konflik, terutama di Baghdad.
Baca: Turki Imbau Warganya untuk Tidak Pergi ke Wilayah Konflik di Irak
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News