Sampai saat ini, pertempuran terus berkecamuk di Khan Younis dan sekitarnya.
Pesawat dan tank Israel juga dilaporkan melakukan serangan di Kota Gaza bagian utara. Sebelumnya, wilayah itu telah ditinggalkan oleh pasukan Israel. Pertempuran juga terjadi di Beit Lahiya dan Jabalia, kota terdekat dengan Gaza.
Militer Israel mengeklaim terlibat dalam pertempuran intensif di Khan Younis. Israel mengatakan pasukan mereka berhasil menghilangkan teroris dan menemukan senjata dalam jumlah besar.
Sementara itu, kelompok sayap bersenjata Hamas dan kelompok Jihad Islam mengatakan bahwa para pejuang mereka bentrok dengan pasukan Israel di beberapa daerah di wilayah kantong tersebut. Hamas juga melaporkan penghancuran dua tank Israel di Khan Younis.
Pertempuran terbaru terjadi ketika pejabat PBB dan kelompok bantuan mendesak negara-negara untuk mempertimbangkan kembali keputusan mereka. Keputusan tersebut berupa penghentian dana bagi Badan Pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA), yang merupakan sumber bantuan penting di Gaza.
Sedikitnya 10 negara, termasuk Jepang, telah menghentikan pendanaan sebagai respons terhadap tuduhan Israel. Pernyataan tersebut menyatakan selusin staf UNRWA terlibat dalam serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf Al-Qidra, melaporkan kabar terbaru dalam 24 jam terakhir. Sebanyak 165 warga Palestina tewas dan 290 lainnya terluka.
Total korban tewas meningkat akibat serangan Israel menjadi 26.422 orang sejak awal perang. Israel menyatakan telah kehilangan 220 tentara dan menewaskan 9.000 pejuang Gaza. Angka tersebut dibantah oleh Hamas.
Baca juga: Ikuti Langkah AS, Jepang dan Prancis Ikut Tangguhkan Pendanaan ke UNRWA
Layanan Kesehatan di Gaza
Aksi protes terhadap Israel juga mencuat di dalam negeri. Para demonstran menuntut pemerintah agar lebih banyak berusaha untuk memastikan pembebasan para sandera.Sementara itu, gencatan senjata yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar sejak November belum menunjukkan kemajuan. Justru memperparah situasi konflik antara Israel dan Hamas.
Petugas medis dan penduduk Palestina melaporkan bahwa Israel terus melakukan serangan udara di sekitar dua rumah sakit utama di Khan Younis. Akibatnya, menghambat upaya tim penyelamat untuk merespons panggilan putus asa.
Menurut Al-Qidra, sistem perawatan kesehatan di rumah sakit Nasser dan Al-Amal hancur total. Kedua fasilitas kesehatan itu membutuhkan bantuan mendesak dan perlindungan internasional.
“Ada kegagalan total dalam sistem layanan kesehatan di rumah sakit Nasser dan Al-Amal,” kata Qidra dikutip dari Channel News Asia pada Senin, 29 Januari 2024.
Pemerintah Israel mengklaim telah mengambil langkah-langkah untuk memastikan kelangsungan operasional rumah sakit. Serta meminimalkan dampak terhadap warga sipil.
Selain itu, Israel juga menuduh Hamas beroperasi di daerah padat penduduk, termasuk di sekitar rumah sakit. Mereka juga menuding Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia.
Israel telah merilis foto dan video sebagai bukti atas tuduhan ini, sementara Hamas membantahnya.
Pengungsi Palestina
Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan dalam pernyataan bahwa tim medis di Rumah Sakit Al-Amal di Khan Younis tidak dapat melakukan operasi karena persediaan oksigen habis.Pada hari Minggu, lebih banyak keluarga mengungsi dari Khan Younis. Sebagian dari mereka memilih berjalan menuju Rafah di perbatasan Mesir atau Deir Al-Balah di utara. Sebagian keluarga yang mengungsi dari Khan Younis bergerak menuju barat menuju Al-Mawasi.
"Tempat ini sangat ramai. Orang-orang kehilangan kemampuan berpikir dan merasakan, mereka bergerak seperti robot. Tidak lama lagi, mereka khawatir Israel akan mengirim tank ke sini, dan tidak ada tempat yang aman," kata tukang listrik Abu Raouf, seorang ayah empat anak.
Reem Abu Tair meninggalkan Khan Younis dalam cuaca dingin bersama tiga anak, salah satunya masih bayi.
"Kami berhasil menyelamatkan hidup kami dari pengeboman dan kehancuran di sekitar kami, hanya untuk berakhir dalam kondisi kedinginan. Jadi, jika anak tidak mati karena serangan udara, dia akan mati karena kedinginan," tutur Abu Tair. (Atika Pusagawanti)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News