Selain itu, surat penangkapan juga diterbitkan untuk komandan militer Hamas, Mohammed Deif, meskipun kabarnya Deif sudah tewas dalam serangan udara Israel pada Juli lalu.
Tapi pertanyaannya sekarang adalah, apakah mereka memang bisa ditahan?
Latar Belakang Penangkapan
Surat penangkapan ini merupakan puncak dari investigasi yang dilakukan oleh ICC terkait konflik antara Israel dan Hamas yang kembali meletus pada Oktober 2023.Keputusan ini datang setelah ICC menolak tantangan Israel atas yurisdiksi pengadilan tersebut di wilayah Palestina yang diduduki, termasuk Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Gaza.
Netanyahu dan Gallant diduga terlibat dalam kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, seperti penggunaan kelaparan sebagai metode perang, serta tindakan pembunuhan dan serangan terhadap warga sipil.
Hamas juga tidak luput dari dakwaan. Mohammed Deif diduga bertanggung jawab atas berbagai kejahatan serius, termasuk pembunuhan, penyiksaan, dan kekerasan seksual yang dilakukan selama serangan ke Israel.
Meskipun ada laporan bahwa Deif sudah tewas dalam serangan udara Israel pada Juli lalu, belum ada konfirmasi resmi dari Hamas.
ICC menyatakan bahwa ada dasar yang kuat untuk meyakini bahwa para pemimpin Hamas ini turut bertanggung jawab atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang yang terjadi selama konflik, terutama pada 7 Oktober 2023.
Dampak Surat Penangkapan
Walaupun surat penangkapan telah dikeluarkan, tidak ada jaminan bahwa Netanyahu dan Gallant akan segera ditangkap. Israel bukan anggota ICC dan menolak yurisdiksi pengadilan tersebut.Namun, surat penangkapan ini berarti bahwa Netanyahu dan Gallant bisa ditangkap jika mereka mengunjungi negara yang menjadi anggota ICC.
Beberapa negara Eropa, seperti Italia dan Belanda, telah secara terbuka menyatakan akan menahan siapapun yang memiliki surat penangkapan ICC jika mereka memasuki wilayah negara tersebut.
Meskipun demikian, beberapa contoh menunjukkan bahwa implementasi perintah penangkapan ICC tidak selalu konsisten.
Presiden Rusia Vladimir Putin, misalnya, masih bisa melakukan kunjungan resmi ke Mongolia, meskipun Mongolia adalah anggota ICC dan memiliki kewajiban hukum untuk menegakkan surat penangkapan ICC.
Contoh ini menunjukkan bahwa penegakan surat penangkapan terhadap Netanyahu juga bisa menjadi tantangan, tergantung pada sikap masing-masing negara.
Reaksi dan Kontroversi
Keputusan ICC ini menuai berbagai reaksi. Netanyahu mengecam keputusan tersebut sebagai antisemitik, sedangkan pihak Hamas menyebutnya sebagai "preseden sejarah penting" yang menunjukkan bahwa kejahatan Israel tidak lagi dapat ditoleransi.Sementara itu, Amerika Serikat, yang merupakan sekutu utama Israel, juga menolak keputusan ICC. Namun, beberapa negara Eropa menyatakan dukungan terhadap langkah yang diambil oleh ICC dan berjanji untuk menghormati keputusan pengadilan.
Surat penangkapan ini bukan hanya menjadi tantangan bagi Netanyahu secara pribadi, tetapi juga bagi Israel dalam hubungan internasionalnya.
Keputusan ini dapat mempersulit Netanyahu untuk melakukan kunjungan diplomatik ke negara-negara yang menjadi anggota ICC dan berpotensi memengaruhi citra Israel di mata dunia internasional.
Lebih lanjut, hal ini juga bisa memicu perdebatan tentang sejauh mana sebuah negara dapat menghindari akuntabilitas internasional atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia dan hukum perang.
Meskipun surat perintah penangkapan telah dikeluarkan, penegakan hukum terhadap pemimpin negara seperti Netanyahu tetap merupakan tantangan besar. ICC, meski memiliki mandat untuk mengadili kejahatan perang, tetap bergantung pada kerja sama negara-negara anggotanya.
Kasus Netanyahu ini kemungkinan besar tidak akan berhasil dengan penangkapan Netanyahu. Namun, gerakan ini lebih bersifat simbolis, artinya menegaskan bahwa tidak ada yang bebas hukum, termasuk sekutu barat.
Baca Juga:
Tegas! ICC Keluarkan Perintah Tangkap Benjamin Netanyahu
Daftar Kejahatan Perang Netanyahu Versi Mahkamah Pidana Internasional, Bisa Ditahan?
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News