Penempatan sistem THAAD di Israel bertujuan untuk memberikan perlindungan tambahan bagi Israel dan personel Amerika di wilayah tersebut dari antipasi serangan Iran atas serangan balasan Israel yang akan datang dikarenakan serangan Iran pada 1 Oktober 2024.
Berikut inforasi tentang THAAD.
Sistem dan Operasional THAAD

Gambar: Cara Kerja THAAD. (Dok. Pasukan Militer AS)
Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) adalah sistem pertahanan rudal yang dikembangkan oleh Amerika Serikat (AS) untuk mengatasi ancaman rudal balistik di fase terminalnya, yaitu fase turun atau kembali masuk atmosfer.
Sistem THAAD pertama kali dikembangkan pada tahun 1990-an sebagai bagian dari inisiatif pertahanan rudal AS, dan mulai dioperasikan pada tahun 2008.
Sistem ini terdiri dari enam peluncur truk dengan delapan interceptor per peluncur, serta radar canggih dan pusat pengendalian tembakan.
Setiap interceptor THAAD dirancang untuk menghancurkan rudal balistik yang masuk menggunakan pendekatan hit-to-kill, di mana energi kinetik dari tumbukan langsung digunakan untuk menghancurkan target tanpa perlu hulu ledak tambahan.
Sistem THAAD memiliki beberapa komponen utama, yaitu unit peluncur truk, rudal interceptor, radar X-Band AN/TPY-2, dan Fire Control and Communication (TFCC).
Unit peluncur truk memungkinkan mobilitas tinggi sehingga THAAD dapat dengan cepat dipindahkan ke lokasi strategis sesuai kebutuhan.
Radar X-Band berfungsi mendeteksi, melacak, dan membedakan ancaman rudal balistik, sementara TFCC bertanggung jawab mengendalikan seluruh operasi sistem dan memastikan semua komponen bekerja secara terpadu.
Sistem ini dirancang untuk mencegat rudal balistik jarak pendek hingga menengah pada fase terminalnya.

Gambar: THAAD Beraksi di Hawaii. (Dok. Pasukan Militer AS)
Dengan jarak jangkau sekitar 200 km dan ketinggian operasional hingga 150 km, THAAD dapat menghancurkan rudal sebelum mencapai targetnya, bahkan di ketinggian atmosfer.
Kemampuan manuver interceptor THAAD membuatnya mampu menghadapi ancaman yang datang dari berbagai sudut dengan akurasi tinggi, menjadikannya salah satu sistem pertahanan rudal paling andal.
THAAD memiliki kecepatan maksimum interceptor hingga 6.300 mph (10.000 km/jam atau Mach 8.2), yang memungkinkan rudal ini mencapai target dengan cepat dan menghancurkannya di udara.
Dengan sistem pemandu berbasis Indium-antimonide imaging infra-red seeker head, THAAD mampu mendeteksi dan mengunci target dengan akurat di berbagai kondisi cuaca, siang maupun malam.
.jpg)
Gambar: Iron Dome. (Dok. Unit Juru Bicara Pasukan Pertahanan Israel)
Penempatan THAAD di Israel bertujuan untuk menambah lapisan pertahanan udara negara itu, bersama dengan sistem pertahanan udara lainnya seperti Iron Dome dan David's Sling..
THAAD telah menunjukkan efektivitasnya dalam mencegat ancaman rudal di beberapa negara lain, seperti Uni Emirat Arab dan Korea Selatan.
Biaya yang Mahal
.jpg)
Gambar: Misil THAAD. (Deagel.com)
Meskipun THAAD merupakan sistem pertahanan yang sangat canggih, penggunaannya juga menimbulkan tantangan. Salah satu kritik utama terhadap sistem ini adalah biayanya yang sangat tinggi.
Setiap baterai THAAD diperkirakan bernilai lebih dari 1,25 miliar dolar AS, belum termasuk biaya perawatan dan operasional. Selain itu, sistem ini membutuhkan sumber daya manusia yang cukup besar, yaitu sekitar 95 tentara untuk pengoperasian setiap baterai.
Selain biaya tinggi, THAAD juga menghadapi tantangan dalam hal logistik dan perlindungan. Setiap baterai THAAD merupakan target yang sangat mahal, sehingga membutuhkan perlindungan ekstra agar tidak menjadi sasaran serangan musuh.
Penempatan sistem ini di wilayah konflik seperti Timur Tengah harus mempertimbangkan potensi serangan yang dapat merusak atau menonaktifkan baterai THAAD sebelum beroperasi secara efektif.
Dengan jumlah baterai yang terbatas, Amerika Serikat harus memastikan penempatan sistem ini benar-benar strategis untuk melindungi sekutunya dan kepentingan militernya di berbagai wilayah konflik.
Baca Juga:
Iron Dome: Sistem Pertahanan Rudal Andalan Israel Lawan Iran dan Hizbullah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News