Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, membela invasi tersebut sebagai langkah untuk "mengamankan perbatasan" dan menegaskan bahwa "Dataran Tinggi Golan akan tetap menjadi bagian Israel untuk selamanya."
Berikut adalah alasan utama yang mendasari invasi ke Suriah.
Sejarah Dataran Tinggi Golan

Gambar: Wilayah warna biru menandakan Daratan Tinggi Golan dan lokasi militer Israel. (Liveuamap, 10 Desember 2024)
Dataran Tinggi Golan, yang diduduki Israel sejak Perang Enam Hari 1967, telah menjadi pusat ketegangan antara Israel dan Suriah selama beberapa dekade.
Setelah perang, Dewan Keamanan PBB mengadopsi Resolusi 242 yang menyerukan penarikan Israel dari wilayah yang diduduki, termasuk Golan.
Pada 1974, Perjanjian Disengagement dicapai, menciptakan zona penyangga yang diawasi oleh Pasukan Penjaga Perdamaian PBB (UNDOF). Namun, konflik berkepanjangan di Suriah melemahkan efektivitas UNDOF dan stabilitas di zona tersebut.
Dalam konteks ini, Israel mengambil alih kendali sementara atas zona demiliterisasi di Golan setelah kejatuhan rezim Assad, dengan alasan "mencegah perluasan kekosongan kekuasaan" yang dapat dimanfaatkan oleh kelompok militan.
Zona ini juga digunakan untuk menempatkan sistem pertahanan rudal Iron Dome dan radar canggih guna mengantisipasi potensi ancaman dari wilayah Suriah yang tidak stabil.
Objektif Militer Israel
Menurut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, invasi ini dilakukan untuk mengamankan perbatasan Israel dari potensi ancaman.Netanyahu menegaskan bahwa langkah ini adalah langkah sementara untuk memastikan stabilitas keamanan di wilayah perbatasan. "Kami menggunakan semua alat yang kami miliki untuk menjamin keamanan setelah jatuhnya Assad," kata Netanyahu, Senin, 9 Desember 2024.
Pada 9 Desember, Menteri Pertahanan Israel Israel Katz mengumumkan empat tujuan strategis utama yang harus dicapai oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Suriah:
1. Mengamankan kendali penuh atas zona penyangga dan posisi strategis lainnya di Suriah.
2. Mendirikan zona keamanan yang meluas di luar zona penyangga, dengan fokus pada penghapusan senjata berat dan infrastruktur teroris yang dapat mengancam Israel, sambil menjalin kontak dengan komunitas Druze dan kelompok regional lainnya.
3. Mencegah pembentukan kembali rute penyelundupan senjata Iran ke Lebanon melalui wilayah Suriah.
4. Melanjutkan penghancuran sistem senjata berat strategis di seluruh Suriah, termasuk jaringan pertahanan udara, sistem rudal, dan instalasi pertahanan pesisir.
Namun, laporan media Suriah mengklaim bahwa pasukan Israel telah melampaui zona penyangga dan bergerak sejauh 25 km ke wilayah Suriah, mencapai kota Qatana dekat bandara Damaskus.
Sementara itu, juru bicara militer Israel membantah laporan ini, menyatakan bahwa "pasukan IDF tetap berada dalam zona penyangga, sesuai dengan kebijakan sebelumnya."
Netanyahu menegaskan bahwa runtuhnya rezim Assad menyebabkan kekosongan kekuasaan yang berpotensi digunakan oleh kelompok-kelompok militan seperti Hayat Tahrir al-Sham (HTS) atau bahkan sisa-sisa kekuatan ISIS dan al-Qaeda.
Netanyahu juga menyatakan bahwa karena Tentara Arab Suriah (tentara rezim) telah meninggalkan posisinya, perjanjian perbatasan 1974 antara Israel dan Suriah kini dianggap runtuh, meskipun masih mengklaim bahwa Israel masih tunduk terhadap perjanjian tersebut, sehingga Israel merasa perlu bertindak cepat untuk mencegah potensi ancaman.
Wilayah Dataran Tinggi Golan, yang secara historis menjadi titik konflik, dianggap sebagai garis pertahanan utama Israel terhadap kemungkinan infiltrasi militan.
Kerugian dari Sisi Suriah Saat ini

Gambar: Rudal warna biru menandakan serangan-serangan udara Israel. (Liveuamap, 10 Desember 2024)
Salah satu tujuan utama Israel adalah memastikan bahwa senjata strategis, termasuk senjata kimia dan rudal balistik, tidak jatuh ke tangan kelompok oposisi bersenjata atau jaringan teroris internasional.
Dalam operasi di Suriah, militer Israel berhasil menghancurkan lebih dari 50 fasilitas yang diduga terkait pengembangan senjata. Salah satunya adalah fasilitas di dekat Damaskus yang dilaporkan memiliki laboratorium untuk memproduksi senjata kimia.
Selain itu, Israel juga mengamankan depot senjata yang ditinggalkan oleh pasukan Assad di wilayah Homs dan Deir ez-Zor. Depot ini termasuk rudal jarak jauh yang dianggap mampu mengancam wilayah Israel jika jatuh ke tangan musuh.
Media berita Suriah melaporkan setidaknya 5 warga sipil Suriah tewas dalam invasi ini. Adapun laporan bahwa beberapa warga Suriah ditahan militer Israel.
Baca Juga:
Reaksi 7 Negara terhadap Invasi Israel ke Suriah
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id