Kemarahan publik telah berkobar sejak pihak berwenang Iran pada hari Jumat mengumumkan kematian Amini, 22 tahun, yang ditahan karena diduga mengenakan jilbab dengan cara yang "tidak pantas".
Aktivis mengatakan, wanita yang nama Kurdinya adalah Jhina, telah mengalami pukulan fatal di kepala, klaim yang dibantah oleh pejabat di republik Islam yang mengatakan mereka telah meluncurkan penyelidikan.
Media pemerintah melaporkan pada hari Rabu bahwa, dalam aksi unjuk rasa malam kelima yang telah menyebar ke 15 kota, polisi menggunakan gas air mata dan melakukan penangkapan untuk membubarkan kerumunan hingga 1.000 orang.
Baca juga: Perempuan Iran Bakar Hijab, Protes Aturan Berpakaian Terus Berlanjut
"Demonstran melemparkan batu ke pasukan keamanan, membakar kendaraan polisi dan tempat sampah dan meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah," lapor kantor berita resmi IRNA.
Kelompok hak asasi Article 19 mengatakan sangat prihatin dengan laporan penggunaan kekuatan yang melanggar hukum oleh polisi dan pasukan keamanan Iran, termasuk penggunaan peluru tajam.
Unjuk rasa semalam diadakan di Teheran dan kota-kota lain termasuk Mashhad di timur laut, Tabriz di barat laut, Rasht di utara, Isfahan di tengah dan Shiraz di selatan, IRNA melaporkan.
Para pengunjuk rasa dapat terdengar meneriakkan "Matilah diktator" dan "Perempuan, hidup, kebebasan" dalam rekaman video yang menyebar ke luar Iran, meskipun ada pembatasan online.
Di Iran, pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei berbicara di depan umum pada hari ini, tetapi tanpa menyebutkan kerusuhan yang menyebar. Sedangkan Presiden ultra-konservatif Ebrahim Raisi akan berbicara di kemudian hari di Majelis Umum PBB di New York.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News