Pemimpin Koalisi Negara Hukum, Nouri al-Maliki. Foto: AFP
Pemimpin Koalisi Negara Hukum, Nouri al-Maliki. Foto: AFP

Moqtada al-Sadr Klaim Menang Pemilu, Mantan PM Irak Konsolidasi Kekuatan

Fajar Nugraha • 12 Oktober 2021 08:45
Baghdad: Pemimpin Koalisi Negara Hukum, Nouri al-Maliki, mengundang para pemimpin Syiah ke pertemuan di kediamannya pada Senin 11 Oktober 2021. Namun tidak diketahui apakah kelompok Sadrist turut diundang dalam pertemuan untuk menentukan langkah di pemerintah Irak itu.
 
Menurut sumber di kalangan dekat Al-Maliki, Gerakan Sadrist yang merupakan sebutan dari pendukung ulama Syiah, Moqtada al-Sadr tidak diundang ke pertemuan itu. Tetapi tokoh-tokoh Sunni diperkirakan akan hadir.
 
Undangan Al-Maliki datang "untuk membahas pemilu dan hasil awal berikutnya yang dirilis oleh Komisi Pemilihan Tinggi Independen."

Baca: Ulama Syiah Moqtada al-Sadr Menang Pemilu Irak.
 
Hasil awal pemilihan nasional Irak mengalir pada Senin malam selama konferensi pers kacau, yang diselenggarakan oleh badan pemilihan pemerintah Irak. Pada pukul 6.00 sore waktu setempat, penghitungan pemilih dilakukan, distrik demi distrik.
 
Blok Sadrist, yang dipimpin oleh ulama radikal Muqtada al-Sadr, telah meraih mayoritas kursi. Sementara hasil akhirnya sedang dalam pengawasan sambil menunggu pengumuman.
 
Hitungan berdasarkan hasil awal dari beberapa provinsi ditambah ibu kota Baghdad, diverifikasi oleh pejabat pemerintah setempat, menunjukkan Sadr telah memenangkan lebih dari 70 kursi. Jika dikonfirmasi, raihan itu dapat memberinya pengaruh yang cukup besar dalam membentuk pemerintahan.
 
Namun, kelompok Sadr hanyalah salah satu dari beberapa yang harus memasuki negosiasi untuk membentuk koalisi yang mampu mendominasi parlemen dan membentuk pemerintahan. Sedangkan periode pembentukan pemerintahan mungkin memakan waktu berminggu-minggu atau lebih lama.
 
Sadr menyiarkan pidato langsung di TV pemerintah yang mengklaim kemenangan dan menjanjikan pemerintahan nasionalis yang bebas dari campur tangan asing.
 
"Kami menyambut semua kedutaan yang tidak ikut campur dalam urusan internal Irak," kata Muqtada al-Sadr, seperti dikutip dari AFP, Selasa 12 Oktober 2021.
 
“Perayaan akan berlangsung di jalan-jalan tanpa senjata,” tegasnya.
 
Sadr telah meningkatkan kekuasaannya atas negara Irak sejak menjadi yang pertama dalam pemilihan 2018 di mana koalisinya memenangkan 54 kursi.
 
Ulama populis yang tak terduga ini telah menjadi tokoh dominan dan sering menjadi raja dalam politik Irak sejak invasi AS.
 
Dia menentang semua campur tangan asing di Irak, baik oleh Amerika Serikat, di mana dia melawan pemberontakan setelah tahun 2003, atau oleh negara tetangga Iran. Khusus untuk Iran, dia selalu mengkritik karena keterlibatannya yang dekat dalam politik Irak.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan