"Tidak ada yang bisa menggantikan perlakuan kejam yang dideritanya, juga ketidakadilan dalam penahanannya,” tegas Maalouf.
Setelah kerajaan sebagian besar mendapat izin bebas di bawah presiden sebelumnya Donald Trump, Biden diperkirakan akan mendorongnya untuk membebaskan dua warga AS-Saudi, aktivis dan anggota keluarga kerajaan, banyak di antaranya ditahan tanpa dakwaan formal.
"Pemilihan itu penting. Kedatangan pemerintahan Biden yang menempatkan hak asasi manusia dan nilai-nilai di atas agenda Arab Saudi akan berdampak," Kristin Diwan, dari Institut Negara Teluk Arab di Washington, mengatakan kepada AFP.
"Lebih banyak yang harus dilakukan sebelum ini bisa dilihat sebagai kemajuan dalam hal hak asasi manusia. Arab Saudi belum secara kredibel menyelidiki tuduhan penyiksaan, dan belum menolak tuduhan terhadap Loujain,” sebut Diwan.
Setelah diadili di pengadilan pidana Riyadh, kasus Hathloul dipindahkan pada November ke pengadilan anti-terorisme, yang menurut para pegiat digunakan untuk membungkam suara-suara kritis di bawah kedok memerangi terorisme.
Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan kemudian mengatakan kepada AFP bahwa Hathloul dituduh menghubungi negara bagian yang "tidak bersahabat" dan memberikan informasi rahasia, tetapi keluarganya mengatakan tidak ada bukti yang mendukung tuduhan yang diajukan.
Sementara beberapa aktivis perempuan yang ditahan bersama dengan Hathloul telah dibebaskan untuk sementara, banyak lainnya tetap dipenjara karena apa yang digambarkan oleh kelompok hak asasi sebagai tuduhan tidak jelas.
Penahanan tersebut menyoroti catatan hak asasi manusia kerajaan. Arab Saudi juga menghadapi kritik keras atas pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018 di konsulatnya di Istanbul.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News