Berdasarkan laporan itu disebutkan Hamas mengklaim perjanjian tersebut pada dasarnya berbeda dari perjanjian yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.
Hamas mendistribusikan dokumen kepada kelompok Palestina lainnya yang menolak proposal terbaru Israel, lapor outlet Asharq News, setelah melihat salinan memorandum tersebut.
Dokumen tersebut mengatakan bahwa tawaran Israel “tidak menjamin gencatan senjata permanen,” dan memungkinkan Israel untuk memulihkan “para tahanan yang berkepentingan, kemudian melanjutkan perang pemusnahan terhadap rakyat kami.”
Menurut Asharq, Hamas mengatakan bahwa pada awalnya mereka menyambut baik usulan Biden “karena usulan tersebut memberikan landasan yang diperlukan untuk mencapai kesepakatan yang mencapai gencatan senjata permanen, penarikan tentara pendudukan dari Jalur Gaza, aliran bantuan dalam jumlah besar, dan kembalinya Gaza. pengungsi, rekonstruksi, dan pertukaran tahanan.”
Sementara itu, sumber Hamas mengatakan kepada Asharq Al-Awsat yang berbasis di London jika mereka menginginkan jaminan yang jelas bahwa perang akan berakhir.
“Israel sedang memanipulasi. Mereka menginginkan gencatan senjata sementara, lalu perang akan berlanjut. Mereka menggunakan teks-teks ambigu yang terbuka untuk ditafsirkan,” kata seorang sumber, dikutip oleh Times of Israel, Jumat, 7 Juni 2024.
Sementara itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah berulang kali menegaskan bahwa dia tidak akan menerima kesepakatan penyanderaan apa pun yang mencegah Israel menyelesaikan tujuan perangnya untuk melenyapkan Hamas.
Baca juga: Hamas-Fatah Buka Peluang Berkuasa Bersama di Gaza
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id