Gempuran ini dilakukan ketika Israel bertekad meningkatkan serangannya terhadap kelompok Hamas di Rafah, kota berpenduduk 1,4 juta jiwa. yang sebagian besarnya adalah pengungsi.
Melansor dari voanews pada Senin, 22 April 2024, serangan udara tersebut telah menewaskan seorang pria, istrinya yang sedang hamil, dan anak mereka yang berusia 3 tahun, menurut Rumah Sakit Kuwait di Gaza yang menerima jenazah tersebut. Dokter berhasil mengeluarkan bayi tersebut dengan selamat dari rahim ibunya yang telah meninggal.
Serangan udara kedua menewaskan 17 anak-anak dan dua wanita dari sebuah keluarga besar.
Sementara itu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan "melemparkan pukulan tambahan dan menyakitkan" kepada Hamas untuk menjamin pembebasan sandera yang masih ditahan di Gaza.
"Dalam beberapa hari mendatang kami akan meningkatkan tekanan militer dan politik terhadap Hamas karena ini adalah satu-satunya cara untuk membebaskan sandera kami,” kata Netanyahu, tanpa memberikan rincian apa pun.
Tentara Israel mengatakan beberapa sandera yang diculik selama serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan ditahan di kota Rafah di Gaza selatan.
Pada Minggu malam, juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan bahwa, "Kepala staf telah menyetujui langkah perang selanjutnya." Dia tidak memberikan informasi spesifik.
"Pada hari Paskah, penahanan para sandera telah memasuki hari ke-200. Kami akan berjuang sampai Anda kembali ke rumah kami," ucapnya.
Netanyahu telah berulang kali mengancam akan melancarkan serangan darat ke Rafah sembari mengeklaim bahwa Hamas bersembunyi di sana. Ancaman ini muncul meski ada seruan untuk menahan diri dari komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat – sekutu utama Israel.
Baca juga: 50 Jenazah Ditemukan Terkubur di Rumah Sakit Al-Nasser Gaza
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News