Ini tentunya bukan pertama kalinya Iran menyita kapal tanker berbendera asing di wilayah tersebut. Pada Juli 2019, IRGC mengambil alih kapal tanker berbendera Inggris Stena Impero, yang secara resmi diduga melanggar aturan maritim. Di hari yang sama, Pengawal Revolusi Iran juga merinci secara singkat kapal tanker berbendera Liberia, Mesdar, yang dimiliki oleh sebuah perusahaan Inggris.
Pejabat Iran kemudian mengklaim bahwa mereka hanya menghentikan kapal itu untuk memberi tahu awak tentang peraturan lingkungan dan maritim lainnya.
Penyitaan Stena Impero dipandang sebagai pembalasan langsung bagi otoritas Inggris di Gibraltar yang menahan sebuah kapal tanker Iran, yang kemudian diberi nama Grace 1, pada awal tahun itu. Pemerintah Inggris merilis Grace 1 pada Agustus 2019 dan Iran melepaskan Stena Impero pada bulan berikutnya.
Sita dana
Insiden terbaru ini terjadi saat Iran dan Korea Selatan saat ini berselisih mengenai status dana Iran senilai USD7 miliar yang dibekukan di bank-bank Negeri Gingseng akibat sanksi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat. Wakil menteri luar negeri Korea Selatan dilaporkan berencana mengunjungi Teheran segera untuk membahas permintaan Iran untuk pencairan dana.Perlu juga dicatat bahwa Korea Selatan, salah satu dari 10 importir minyak teratas dunia, telah menjadi pelanggan utama Iran sebelum setuju untuk menghentikan pembelian tersebut pada Mei 2020 di bawah tekanan dari pemerintah AS.
IRGC yang menahan Hankuk Chemi dapat menawarkan cara untuk memberi tekanan pada kedua negara secara bersamaan, atau bahkan berusaha untuk membuat celah di antara mereka, terutama terkait masalah sanksi.
Insiden itu terjadi di tengah meningkatnya gesekan geopolitik antara Iran dan Amerika Serikat. Pada 3 Januari, Pentagon mengumumkan bahwa kapal induk USS Nimitz akan kembali ke perairan Timur Tengah sebagai tanggapan atas ancaman dari pejabat Iran.
Ancaman ini termasuk beberapa yang ditujukan secara khusus kepada Presiden Donald Turmp, pada kesempatan peringatan pertama pembunuhan militer AS terhadap Jenderal IRGC Qassem Soleimani. Serangan pesawat tak berawak Amerika menewaskan Soleimani, mantan kepala Pasukan Quds, lengan operasi eksternal IRGC, di Baghdad, Irak, pada tahun 2020.
Trump sendiri dilaporkan mengarahkan Penjabat Menteri Pertahanan Chris Miller untuk memesan kapal induk kembali ke Timur Tengah. Beberapa hari sebelumnya, Miller telah mengumumkan bahwa Nimitz, yang telah berlayar di Samudera Hindia untuk mendukung penarikan pasukan Amerika dari Somalia, akan pulang setelah penempatan yang sangat lama.
Langkah itu juga dikatakan bertujuan untuk menjadi langkah deeskalasi setelah berminggu-minggu memberi isyarat ancaman kepada pemerintah Iran dengan mengerahkan pesawat pengebom B-52 dan kapal selam USS Georgia melalui Selat Hormuz.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News