PM Palestina Mohammad Shtayyeh. (Foto: AFP)
PM Palestina Mohammad Shtayyeh. (Foto: AFP)

Terhenti 6 Bulan, Palestina akan Kembali Berkoordinasi dengan Israel

Willy Haryono • 18 November 2020 06:46
Ramallah: Setelah terhenti selama enam bulan, Otoritas Palestina (PA) mengumumkan rencana berkoordinasi kembali dengan Israel dalam bidang keamanan dan urusan masyarakat sipil. Koordinasi sempat terhenti Juli lalu, usai Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berniat memperluas kedaulatan negaranya ke beberapa bagian Tepi Barat.
 
Menurut laporan kantor berita Axios pada Selasa, 17 November 2020, Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh mengatakan bahwa keputusan melanjutkan koordinasi diambil usai PA menerima sebuah surat dari Tel Aviv. Isi surat meliputi komitmen menegakkan semua perjanjian antar negosiator kedua kubu.
 
Shtayyeh menambahkan, sebuah negara Eropa telah memediasi antara Palestina dan Israel untuk mengembalikan hubungan kedua pihak ke meja negosiasi dan koordinasi. Perwakilan Israel mengatakan, negara yang dimaksud adalah Norwegia.

Keputusan Palestina dapat dipandang sebagai pertanda itikad baik menyusul berakhirnya pemilihan umum presiden Amerika Serikat. Politikus Partai Demokrat Joe Biden diproyeksikan sebagai pemenang pemilu AS oleh media-media besar.
 
Biden juga telah mendapat ucapan selamat dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan beberapa pemimpin negara Arab lainnya di Timur Tengah. Alasan lainnya bagi Palestina untuk kembali berkoordinasi dengan Israel adalah pandemi virus korona (covid-19), ditambah dengan krisis finansial di internal PA.
 
Usai memutus koordinasi dengan Israel pada Juli lalu, Palestina juga tidak lagi menerima pemasukan dari sektor pajak, yang nilainya dapat mencapai USD150 juta (setara Rp2,1 triliun) per bulan. Akibat hal tersebut, PA sudah tidak bisa lagi membayar gaji ke sejumlah staf dan personel keamanan, dan terpaksa harus meminjam uang dari beberapa bank swasta.
 
Abbas tetap menolak menghidupkan kembali koordinasi meski Israel menunda rencana memperluas kedaulatannya ke Tepi Barat usai menormalisasi hubungan dengan Uni Emirat Arab.
 
Baca:  PM Palestina Minta Kabinet Putuskan Hubungan dengan AS dan Israel
 
PA kemudian meminta bantuan finansial ke Uni Eropa, namun ditolak agar Palestina mau menerima pemasukan dari sektor pajak yang dikumpulkan Israel.
 
Otoritas Israel mengatakan, mereka akan bertemu dengan sejumlah petinggi Palestina dalam waktu dekat untuk memastikan semua langkah koordinasi kembali normal. Israel menyebut, langkah pertama dari upaya ini adalah mentransfer keuntungan pajak sekitar USD900 juta (setara Rp12,6 triliun) ke Palestina.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan