"Kesultanan menyambut baik inisiatif yang telah diambil kerajaan Bahrain," ujar laporan di televisi nasional Oman yang juga diunggah di akun Twitter.
Oman berharap "langkah strategis terbaru" negara-negara Arab dalam menormalisasi hubungan dapat berkontribusi terhadap perdamaian, "yang didasarkan pada diakhirinya pendudukan Israel terhadap tanah Palestina."
Masih dari pernyataan di televisi nasional, Oman juga berharap normalisasi Bahrain-Israel dapat mendorong berdirinya negara independen Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Apresiasi serupa telah disampaikan Uni Emirat Arab dan Mesir. "(Normalisasi) merepresentasikan langkah signifikan menuju era keamanan dan kesejahteraan, dan dapat memperluas cakupan kerja sama di bidang ekonomi, budaya, sains, dan diplomatik," kata Kementerian Luar Negeri UEA.
UEA sudah terlebih dahulu menormalisasi hubungan dengan Israel, yang akan ditandatangani secara resmi di Gedung Putih pada 15 September mendatang. Bahrain dan Israel juga akan menandatanganinya di hari yang sama.
Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi juga menyambut baik normalisasi hubungan Bahrain-Israel. Ia menyebut perjanjian tersebut sebagai sebuah "langkah penting" dalam membangun hubungan diplomatik kedua negara.
"Langkah normalisasi dapat membantu membangun stabilitas dan perdamaian di Timur Tengah, yang juga dapat membantu mendorong solusi adil dan permanen dalam isu Palestina," tulis Sisi di Twitter.
Sementara Turki dan Iran mengecam keras langkah normalisasi Bahrain-Israel. Keduanya menilai langkah tersebut sebagai pukulan telak bagi perjuangan masyarakat Palestina dan juga berpotensi menggoyang stabilitas kawasan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News