"(Normalisasi) merepresentasikan langkah signifikan menuju era keamanan dan kesejahteraan, dan dapat memperluas cakupan kerja sama di bidang ekonomi, budaya, sains, dan diplomatik," kata Kementerian Luar Negeri UEA, dilansir dari laman The Jerusalem Post, Sabtu 12 September 2020.
UEA sudah terlebih dahulu menormalisasi hubungan dengan Israel, yang akan ditandatangani secara resmi di Gedung Putih pada 15 September mendatang. Bahrain dan Israel juga akan menandatanganinya di hari yang sama.
Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi juga menyambut baik normalisasi hubungan Bahrain-Israel. Ia menyebut perjanjian tersebut sebagai sebuah "langkah penting" dalam membangun hubungan diplomatik kedua negara.
"Langkah normalisasi dapat membantu membangun stabilitas dan perdamaian di Timur Tengah, yang juga dapat membantu mendorong solusi adil dan permanen dalam isu Palestina," tulis Sisi di Twitter.
Nabeel Al-Hamer, penasihat media untuk Raja Bahrain, mengatakan bahwa normalisasi hubungan dengan Israel bertujuan mendorong perdamaian adil dan permenen demi menjamin hak-hak masyarakat Palestina.
Sementara itu, Palestina mengecam keras langkah normalisasi hubungan Bahrain dan Israel. Palestina menyebut Bahrain sebagai pengkhianat lain dari dunia Arab setelah UEA.
"Perjanjian ini adalah pengkhianatan bagi perjuangan dan masyarakat Palestina," kata Ahmad Majdalani, Menteri Sosial di Otoritas Palestina (PA).
Di Jalur Gaza, juru bicara kelompok Hamas Hazem Qassem mengatakan bahwa keputusan Bahrain menormalisasi hubungan dengan Israel "merusak perjuangan Palestina dan mendukung pendudukan (Israel)."
Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) menyebut normalisasi Bahrain-Israel sebagai "pengkhianatan lainnya terhadap perjuangan Palestina."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News