Israel mengatakan, pihaknya menargetkan kompleks terowongan Hamas di bawah kamp Jabalia yang padat penduduknya. Serangan mereka menewaskan komandan batalion setempat Ibrahim Biari, yang diyakini terlibat dalam serangan kelompok militan tersebut pada 7 Oktober.
Setidaknya 47 jenazah ditemukan dari tempat kejadian.
Arab Saudi mengecam serangan tersebut “sekeras mungkin”. Mereka juga mengecam “penargetan tidak manusiawi” terhadap kamp pengungsi “oleh pasukan pendudukan Israel”.
“Serangan itu telah menyebabkan kematian dan cederanya sejumlah besar warga sipil tak berdosa,” kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, dilansir dari AFP, Rabu, 1 November 2023.
Baca: Pimpinan HAM PBB Mengundurkan Diri Akibat Gagal Tangani Genosida di Gaza. |
Pernyataan tersebut merupakan tanda terbaru bahwa perang Israel-Hamas telah mematahkan upaya normalisasi hubungan antara Arab Saudi dan Israel.
Sebelum serangan Hamas, Amerika Serikat hampir menjadi perantara kesepakatan yang memungkinkan Arab Saudi mengakui Israel untuk pertama kalinya.
Para pendukung perjanjian tersebut percaya bahwa perjanjian tersebut dapat mengubah Timur Tengah, setelah beberapa dekade di mana Israel memiliki hubungan diplomatik, komersial dan keamanan yang sangat terbatas dengan negara-negara tetangganya.
Pada Oktober lalu, sebuah sumber yang mengetahui proses tersebut mengatakan, Riyadh telah memutuskan untuk “menghentikan diskusi mengenai kemungkinan normalisasi”.
Arab Saudi sebelumnya telah memperingatkan Israel agar tidak melakukan operasi darat lebih lanjut di Jalur Gaza.
Pada 7 Oktober Hamas melancarkan gelombang serangan lintas batas ke Israel yang menewaskan sekitar 1.400 orang, termasuk banyak warga sipil Israel.
Serangan balasan Israel telah menewaskan lebih dari 8.500 orang, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza, sehingga memicu kemarahan di dunia Arab, termasuk di Arab Saudi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News