Kapal Penjaga Pantai Tunisia mengangkut sejumlah imigran di laut lepas. (FETHI BELAID / AFP)
Kapal Penjaga Pantai Tunisia mengangkut sejumlah imigran di laut lepas. (FETHI BELAID / AFP)

Berusaha Capai Eropa, 7 Warga Palestina dari Gaza Tenggelam di Tunisia

Willy Haryono • 24 Oktober 2022 17:23
Tunis: Setidaknya tujuh imigran Palestina dari Jalur Gaza tenggelam di lepas pantai Tunisia pada Minggu malam, 23 Oktober 2022. Kapal mereka tenggelam dalam perjalanan berbahaya menuju benua Eropa.
 
Berbicara kepada media The New Arab, Ahmed al-Deidk, seorang pejabat di Kementerian Luar Negeri Palestina yang berbasis di Ramallah, mengatakan bahwa empat warga Gaza bernama "Younis al-Shaer, Maher al-Shaer, Mohammed al-Shaer, Sami al-Shaer, Moqbil Ashour, Adam Shaath, dan Mohammed Qishta, meninggal akibat tenggelam di laut Tunisia."
 
"Kedutaan Besar Palestina di Tunisia sedang menindaklanjuti kasus ini dengan otoritas Tunisia untuk memastikan penyebab kematian setelah semua jasad korban diserahkan ke forensik," katanya.

Pihak keluarga telah mendapat informasi bahwa keempat korban telah tenggelam di laut Tunisia.
 
Dalam keterangan terpisah kepada TNA, beberapa kerabat korban menganggap pejabat Palestina dan Israel bertanggung jawab langsung atas insiden mematikan itu.
 
"Jika para pemuda menemukan masa depan mereka di Gaza, mereka tidak akan pernah meninggalkannya. Mereka akan lebih memilih untuk membangun negara mereka dan menjalani kehidupan normal mereka di antara keluarga mereka," tutur Suhaib al-Shaer, sepupu dari empat korban yang tinggal di Rafah, kepada TNA.
 
"Sepupu saya bermimpi mencari pekerjaan di tempat lain karena mereka gagal mencapai tujuan di negara mereka. Sebagian besar anak muda di Gaza berharap untuk pergi sesegera mungkin," tambahnya.
 
Ameer Qishta, sepupu dari korban lain yang tenggelam di laut Tunisia, mengaku terkejut saat mengetahui kabar tragis ini. Dia menyalahkan kelompok Hamas, Fatah dan Israel atas insiden tersebut.
 
"Semua warga Gaza telah menderita akibat blokade ilegal Israel serta perpecahan internal antara Hamas dan Fatah," kata Qishta. "Orang-orang telah kehilangan harapan untuk hidup damai di daerah ini," ungkapnya.
 
Sejak 2007, Israel memberlakukan blokade ilegal di Gaza, rumah bagi lebih dari 2,3 juta orang, setelah Hamas merebut wilayah itu dari saingannya, Fatah, pimpinan Mahmoud Abbas.
 
Israel juga melancarkan empat perang berskala besar melawan Hamas, yang menewaskan setidaknya 5.330 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar fasilitas pemerintah dan perumahan, menurut statistik resmi.
 
Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa, saat ini sekitar 80 persen warga Palestina bergantung pada bantuan internasional.
 
Penduduk Palestina menerima rata-rata antara empat hingga delapan jam listrik sehari, sementara tingkat pengangguran merupakan salah satu yang tertinggi di dunia dengan 54 persen, dengan 70 persen di antaranya adalah lulusan universitas.
 
Baca:  Kapal Imigran Tunisia Tenggelam di Perairan Afrika, 4 Orang Tewas
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan