Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menawarkan untuk Sudan dikeluarkan dari daftar negara sponsor teror. Namun Trump meminta Sudan kompensasi sebesar USD335 juta atau sekitar Rp4,9 Triliun.
Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok menanggapi dengan mengatakan dana telah ditransfer tetapi tidak ada konfirmasi segera dari AS. Sudan telah terdaftar sejak 1993 ketika pemimpin Al Qaeda Osama Bin Laden tinggal di sana sebagai tamu pemerintah.
Kompensasi tersebut berkaitan dengan pengeboman Kedutaan AS di Afrika oleh Al Qaeda pada 1998.
“Serangan di Tanzania dan Kenya menewaskan lebih dari 220 orang dan uang kompensasi harus dibayarkan kepada "korban teror AS dan keluarga,” kata Trump, seperti dikutip AFP, Selasa 20 Oktober 2020.
Hubungan antara AS dan Sudan telah membaik sejak Presiden Omar al-Bashir digulingkan dalam protes rakyat tahun lalu. Bashir telah memerintah negara Afrika yang dilanda konflik itu selama 30 tahun.
“Menghapus Sudan dari daftar hitam akan menjadi berita yang sangat disambut baik di negara itu, di mana makanan, bahan bakar dan obat-obatan semakin mahal dan langka,” sebut laporan Africa Editor, Anne Soy.
Perdana Menteri Sudan Abdalla Hamdok menanggapi dengan mengatakan dana telah ditransfer tetapi tidak ada konfirmasi segera dari AS. Sudan telah terdaftar sejak 1993 ketika pemimpin Al Qaeda Osama Bin Laden tinggal di sana sebagai tamu pemerintah.
Kompensasi tersebut berkaitan dengan pengeboman Kedutaan AS di Afrika oleh Al Qaeda pada 1998.
“Serangan di Tanzania dan Kenya menewaskan lebih dari 220 orang dan uang kompensasi harus dibayarkan kepada "korban teror AS dan keluarga,” kata Trump, seperti dikutip AFP, Selasa 20 Oktober 2020.
Hubungan antara AS dan Sudan telah membaik sejak Presiden Omar al-Bashir digulingkan dalam protes rakyat tahun lalu. Bashir telah memerintah negara Afrika yang dilanda konflik itu selama 30 tahun.
“Menghapus Sudan dari daftar hitam akan menjadi berita yang sangat disambut baik di negara itu, di mana makanan, bahan bakar dan obat-obatan semakin mahal dan langka,” sebut laporan Africa Editor, Anne Soy.
Apa yang dikatakan Trump?
Dalam sebuah tweet, Donald Trump menulis: "Berita BESAR! Pemerintah baru Sudan, yang membuat kemajuan besar, setuju untuk membayar USD335 JUTA kepada korban teror AS dan keluarga.
"Setelah disimpan, saya akan mencabut Sudan dari daftar Sponsor Terorisme Negara. Akhirnya, KEADILAN untuk rakyat Amerika dan langkah BESAR untuk Sudan!”, tegas Trump.
Presiden AS memiliki kekuatan untuk menghapus sebuah negara dari daftar Sponsor Terorisme Negara. Kongres kemudian memiliki waktu 45 hari untuk mengajukan keberatan.
Sudan saat ini menjadi salah satu dari empat negara -,bersama dengan Iran, Korea Utara, dan Suriah,- dalam daftar hitam.
"Setelah disimpan, saya akan mencabut Sudan dari daftar Sponsor Terorisme Negara. Akhirnya, KEADILAN untuk rakyat Amerika dan langkah BESAR untuk Sudan!”, tegas Trump.
Presiden AS memiliki kekuatan untuk menghapus sebuah negara dari daftar Sponsor Terorisme Negara. Kongres kemudian memiliki waktu 45 hari untuk mengajukan keberatan.
Sudan saat ini menjadi salah satu dari empat negara -,bersama dengan Iran, Korea Utara, dan Suriah,- dalam daftar hitam.
Bagaimana posisi Sudan?
Tak lama setelah tweet itu, Hamdok mengumumkan bahwa uang telah ditransfer, lapor TV pemerintah Sudan.
Dikatakan langkah itu menandai ‘persyaratan terakhir untuk mengamankan’ penghapusan Sudan dari daftar hitam.
“Sudan menantikan pemberitahuan resmi dari otoritas AS. Berada dalam daftar, telah merugikan kami terlalu banyak,” tegas PM Hamdok.
Pada 7 Agustus 1998, truk berisi bahan peledak meledak hampir bersamaan di luar Kedutaan Besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam.
Lebih dari 200 orang tewas di ibu kota Kenya dan sedikitnya 11 orang di Dar es Salaam, kota terbesar di Tanzania. Ribuan orang terluka dalam pengeboman itu.
Mayoritas korban adalah warga sipil.
Dikatakan langkah itu menandai ‘persyaratan terakhir untuk mengamankan’ penghapusan Sudan dari daftar hitam.
“Sudan menantikan pemberitahuan resmi dari otoritas AS. Berada dalam daftar, telah merugikan kami terlalu banyak,” tegas PM Hamdok.
Pada 7 Agustus 1998, truk berisi bahan peledak meledak hampir bersamaan di luar Kedutaan Besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam.
Lebih dari 200 orang tewas di ibu kota Kenya dan sedikitnya 11 orang di Dar es Salaam, kota terbesar di Tanzania. Ribuan orang terluka dalam pengeboman itu.
Mayoritas korban adalah warga sipil.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News