Menurut kantor berita WAM, rumah sakit terapung itu, yang didirikan sebagai bagian dari dukungan UEA kepada warga Palestina, memulai layanan medis dan menerima korban dari Jalur Gaza.
Dengan 100 tempat tidur, rumah sakit tersebut dilengkapi berbagai fasilitas medis termasuk ruang operasi dan perawatan intensif, unit radiologi, laboratorium, dan apotek.
Rumah sakit ini dikelola tim yang terdiri dari 100 tenaga medis dan administrasi yang mencakup berbagai spesialisasi termasuk anestesi, bedah umum, ortopedi, dan pengobatan darurat yang disiapkan untuk memenuhi kebutuhan medis mendesak dari mereka yang terkena dampak konflik.
Perpanjangan dari Rumah Sakit Sahara, rumah sakit terapung ini diresmikan di Gaza pada Desember tahun lalu. Rumah sakit ini menampilkan fasilitas untuk intervensi medis darurat dan kasus-kasus kritis, termasuk landasan helikopter dan kapal laut.
Israel telah melancarkan serangan mematikan di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023 sebagai balasan atas operasi lintas batas kelompok pejuang Palestina Hamas. Serangan balasan Israel ini telah menewaskan lebih dari 29.690 orang dan menyebabkan kehancuran massal. Sementara hampir 1.200 warga Israel diyakini telah tewas dalam serangan Hamas.
Perang Israel di Gaza telah mendorong 85 persen populasi wilayah itu ke dalam pengungsian internal di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang akut, dengan 60 persen infrastrukturnya telah rusak atau hancur, menurut estimasi PBB.
Israel dituduh telah melakukan genosida dalam gugatan di Mahkamah Internasional (ICJ). Keputusan sementara ICJ pada Januari lalu memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil langkah-langkah untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan dapat diberikan kepada warga sipil di Gaza. (Nabila Ramadhanty Putri Darmadi)
Baca juga: WHO Sebut Rumah Sakit Al Shifa di Gaza bak Lokasi 'Pertumpahan Darah'
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News