Bennett berbicara menjelang pertemuan kabinet mingguan menyusul indikasi bahwa garis besar kesepakatan mulai terbentuk pada pembicaraan di Wina.
"Kami mungkin akan segera melihat kesepakatan," kata Bennett, dilansir dari AFP, Minggu, 20 Februari 2022.
"Perjanjian baru yang muncul akan dibuat lebih pendek dan lebih lemah dari yang sebelumnya," lanjutnya.
Perjanjian nuklir Iran 2015 menawarkan bantuan sanksi kepada Teheran dengan imbalan pembatasan program nuklirnya. Tapi, Amerika Serikat (AS) secara sepihak menarik diri pada 2018, di bawah pemerintahan Donald Trump saat itu.
Baca juga: AS: Perjanjian Nuklir dapat Disepakati Jika Iran Serius
Bahkan, Negeri Paman Sam menerapkan kembali sanksi ekonomi yang berat.
Pembicaraan tentang menghidupkan kembali pakta awal, yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), telah diadakan di ibu kota Austria sejak akhir November.
Pembicaraan ini melibatkan Inggris, Tiongkok, Prancis, Jerman, dan Rusia secara langsung. Sedangkan AS terlibat secara tidak langsung.
Bennett telah menjadi penentang keras JCPOA dan berulang kali memperingatkan setiap pendapatan yang dilihat Teheran dari keringanan sanksi baru akan digunakan untuk membeli senjata yang dapat membahayakan Israel.
"Uang ini pada akhirnya akan digunakan untuk terorisme," katanya.
Bennett mengatakan, Israel tidak akan terikat oleh perjanjian yang dipulihkan. Mereka akan mempertahankan kebebasan untuk bertindak jika Iran maju ke arah produksi senjata nuklir.
"Kami mengorganisir dan mempersiapkan hari berikutnya, di semua dimensi, sehingga kami dapat menjaga keamanan warga Israel sendiri," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News