Dikutip dari Independent.ie pada Jumat, 23 September 2022, insiden pembakaran mobil polisi terjadi setelah pasukan keamanan Iran menangkap Majid Tavakoli, seorang jurnalis yang memainkan peran penting dalam mengungkap kematian Mahsa Amini.
Berusia 22 tahun, Mahsa Amini meninggal dunia saat berada di bawah penahanan polisi moral Iran beberapa hari lalu. Kematiannya memicu kemarahan luas atas aturan berpakaian bagi perempuan di Iran.
Aksi protes menentang kematian Mahsa Amini berskala nasional di Iran berlanjut hingga Jumat malam. Di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan bahwa kematian Mahsa Amini "perlu diinvestigasi."
Raisi mengaku sudah berkomunikasi dengan orang tua Mahsa Amini, dan ia menegaskan bahwa pemerintahannya bertekad "melindungi hak-hak semua warga di Iran."
Baca: Penyiar CNN Batalkan Wawancara dengan Presiden Iran Usai Diminta Gunakan Jilbab
Kamis kemarin, militer Iran mengirimkan peringatan terkerasnya kepada para demonstran, dengan mengatakan bahwa pihaknya akan "menghadapi para musuh" demi memastikan keamanan di dalam negeri.
Sebuah video di media sosial memperlihatkan polisi antihuru-hara Iran melepaskan tembakan ke arah demonstran, termasuk perempuan dan anak-anak, di Mahmudabad. Seorang perempuan terdengar berteriak: "Jangan tembaki kami. Jangan tembaki kami."
Di Rasht, para pedemo menggulingkan dan membakar sebuah kendaraan yang diklaim pernah digunakan aparat keamanan. Seorang polisi yang berusaha membubarkan massa juga terkena kobaran api tersebut. Ia mengalami luka-luka dan langsung dilarikan ke rumah sakit.
Para penentang pemerintah dan sejumlah grup hak asasi manusia mengatakan bahwa angka korban tewas dalam protes menentang Mahsa Amini kini telah bertambah menjadi 36 orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News