Tentara dan relawan bersama-sama membawa air dan pasokan darurat lainnya ke beberapa desa pegunungan yang hancur dilanda gempa. Lebih dari 2.000 orang telah tewas, dan jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat.
Mengutip dari laman Washington Times, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan 300.000 orang telah terkena dampak gempa magnitudo 6,8, yang terjadi di Maroko pada Jumat malam waktu setempat.
Sejumlah warga Maroko mengeluh di media sosial bahwa pemerintah tidak mengizinkan lebih banyak bantuan dari luar. Padahal, kru bantuan internasional telah bersiap untuk dikerahkan, namun tetap berada dalam ketidakpastian menunggu 'lampu hijau' dari pemerintah Maroko.
"Kami tahu ada urgensi besar untuk menyelamatkan orang-orang dan menggali di bawah sisa-sisa bangunan," kata Arnaud Fraisse, pendiri Rescuers Without Borders, yang timnya terjebak di Paris menunggu izin dari Maroko.
"Ada banyak korban sekarat di bawah reruntuhan, dan kami tidak dapat melakukan apa pun untuk menyelamatkan mereka," sambungnya.
Baca juga: Terima Banyak Tawaran Bantuan Gempa, Maroko Belum Izinkan Tim Internasional
Mereka yang kehilangan tempat tinggal – atau takut akan terjadinya gempa susulan lagi – akibat gempa Jumat malam, tidur di luar ruangan di jalanan kota kuno Marrakesh atau di bawah kanopi darurat di kota-kota pegunungan High Atlas seperti Moulay Brahim.
Kerusakan terparah terjadi di komunitas kecil di pedesaan yang sulit dijangkau tim penyelamat karena medan pegunungan.
Daerah yang sama kembali diguncang pada hari Minggu oleh gempa berkekuatan 3,9 skala Richter, menurut Badan Survei Geologi Amerika Serikat atau USGS.
Belum jelas apakah gempa tersebut menyebabkan lebih banyak kerusakan atau korban jiwa. Namun kemungkinan besar gempa tersebut cukup kuat untuk menggetarkan wilayah di mana kerusakan telah menyebabkan bangunan tidak stabil dan orang-orang mengungkapkan ketakutan mereka akan gempa susulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News