Dikenal sebagai politikus sayap kanan yang menentang kenegaraan Palestina, Bennett juga juga memicu reaksi kemarahan Palestina setelah ia gagal menyebutkan konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun.
Bennett tidak menyebutkan satu pun langsung Palestina dalam sambutannya. Satu-satunya hal yang berkaitan dengan Palestina hanya menuduh Iran mendukung kelompok-kelompok anti-Israel seperti Hamas dan Jihad Islam.
Baca: PM Israel Sebut Siap Bertindak Sendiri Hadapi Iran.
Bennett, yang duduk di atas koalisi ideologis yang beragam, sebelumnya adalah pemimpin gerakan pemukim utama di Tepi Barat.
“Sengaja menghilangkan referensi ke Palestina mencerminkan ketakutannya akan hal itu. Sekali lagi membuktikan kepada masyarakat internasional bahwa dia bukan dan tidak akan menjadi mitra bagi Palestina dalam proses perdamaian dan negosiasi," kata Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki, dikutip dari Channel News Asia, Selasa 28 September 2021.
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden, dalam pidatonya di PBB pekan lalu menyatakan, dukungan baru Amerika Serikat untuk solusi dua negara. Sikap Biden ini berbeda dari mantan Presiden Donald Trump yang menjauhkan diri dari prinsip lama kebijakan AS, tetapi mengatakan Israel dan Palestina masih jauh dari mencapai perdamaian.
Para pembantu Biden sadar bahwa tekanan AS untuk dimulainya kembali pembicaraan damai yang lama tidak aktif, dapat mengganggu stabilitas koalisi Israel yang rapuh.
Berbicara di Sidang Majelis Umum pada Jumat, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menuduh Israel menghancurkan solusi dua negara dengan tindakan yang dia katakan dapat menyebabkan Palestina menuntut hak yang sama dalam satu negara yang terdiri dari Israel, Tepi Barat dan Gaza.
Di lain pihak, Bennett malah berfokus pada perjanjian normalisasi penting Israel yang ditengahi oleh pemerintahan Trump tahun lalu dengan Uni Emirat Arab, Bahrain dan Maroko. "Lebih banyak lagi yang akan datang," ucapnya.
Sementara di saat bersamaan, para pejabat Palestina mengatakan, mereka merasa dikhianati oleh saudara-saudara Arab mereka karena mencapai kesepakatan dengan Israel tanpa terlebih dahulu menuntut kemajuan menuju pembentukan negara Palestina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News