Perdana Menteri Israel Naftali Bennett serang Iran di Sidang Majelis Umum PBB. Foto: AFP
Perdana Menteri Israel Naftali Bennett serang Iran di Sidang Majelis Umum PBB. Foto: AFP

PM Israel Sebut Siap Bertindak Sendiri Hadapi Iran

Fajar Nugraha • 28 September 2021 08:52
New York: Perdana Menteri Israel Naftali Bennett pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa Iran sudah melewati semua garis merah dalam program nuklirya. Bennett bersumpah bahwa Israel tidak akan membiarkan Teheran memperoleh senjata nuklir.
 
Dalam pidato pertamanya di Sidang Majelis Umum PBB, Bennett mengatakan Iran berusaha mendominasi Timur Tengah di bawah "payung nuklir" dan mendesak upaya internasional yang lebih terpadu untuk menghentikan kegiatan nuklir Iran.
 
Tetapi Bennett juga mengisyaratkan potensi Israel untuk bertindak sendiri terhadap Iran, sesuatu yang telah berulang kali diancam.

"Program nuklir Iran telah mencapai titik penting, dan begitu juga toleransi kita. Kata-kata tidak menghentikan sentrifugal berputar," kata Bennett, seperti dikutip AFP, Selasa 28 September 2021.
 
"Israel tidak akan membiarkan Iran memperoleh senjata nuklir,” ujarnya.
 
Bennett, yang mengakhiri 12 tahun masa jabatan Benjamin Netanyahu sebagai perdana menteri pada Juni, ingin Presiden AS Joe Biden mengeraskan pendiriannya terhadap Iran yang dikenal sebagai musuh bebuyutan regional Israel. Dia menentang upaya AS untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 yang ditinggalkan oleh pendahulu Biden, Donald Trump, pada 2018.
 
Pembicaraan tidak langsung AS-Iran di Wina terhenti karena Washington menunggu langkah selanjutnya oleh Presiden baru Iran, Ebrahim Raisi.
 
Bennett memberikan nada yang kurang agresif di PBB daripada Netanyahu, yang sering mengandalkan alat peraga untuk mendramatisasi tuduhannya terhadap Iran. Cara Netanyahu dianggap sebuah pendekatan yang dicemooh oleh para kritikus sebagai aksi politik.
 
Tetapi Bennett sama bersikerasnya dengan Netanyahu dalam berjanji untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencegah Iran, yang dipandang Israel sebagai ancaman eksistensial dalam membangun senjata nuklir.
 
"Program senjata nuklir Iran berada pada titik kritis. Semua garis merah telah dilewati," ucap Bennett.
 
Dia menyerukan tindakan internasional. "Jika kita berusaha keras, jika kita serius menghentikannya, jika kita menggunakan akal kita, kita bisa menang," tegas Bennett.
 
Biden mengatakan kepada Bennett dalam pembicaraan Gedung Putih pada Agustus bahwa dia mengutamakan "diplomasi" dengan Iran tetapi jika negosiasi gagal, dia akan siap untuk beralih ke opsi lain yang tidak ditentukan. Badan pengawas atom PBB (IAEA) mengatakan, dalam laporan Agustus bahwa Iran telah mempercepat pengayaan uranium hingga mendekati tingkat senjata.
 
Dalam pidatonya, Bennett juga membidik Raisi sebagai "penjagal Teheran" dan menuduhnya melakukan pelanggaran hak asasi manusia selama bertahun-tahun. Raisi berada di bawah sanksi AS atas tuduhan pelanggaran hak ketika dia menjadi hakim.
 
Iran pun menilai ucapan Bennett sebagai sebuah kebohongan. “Fobia Iran merajalela di PBB," sebut Duta Besar Iran untuk PBB Majid Takht Ravanchi memposting di Twitter.
 
“Israel tidak dalam posisi untuk membahas program damai kami, ketika mereka memiliki ratusan hulu ledak nuklir," pungkas Ravanchi, merujuk pada status Israel yang diyakini secara luas sebagai satu-satunya negara bersenjata nuklir di Timur Tengah.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan