"Kami telah melihat video keji yang beredar secara online dalam beberapa hari terakhir," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price, dilansir dari AFP, Kamis, 8 Desember 2022.
"Ini menunjukkan bahwa Taliban ingin kembali ke praktik agresif dan kasar mereka di tahun 1990-an," sambungnya.
Menurutnya, eksekusi yang dilakukan Taliban merupakan penghinaan terhadap martabat dan hak asasi manusia (HAM) semua warga Afghanistan.
"Ini jelas kegagalan Taliban dalam menepati janji mereka," ujar Price.
Baca juga: Kedubes Pakistan di Kabul Diserang, ISIS Klaim Bertanggung Jawab
Eksekusi diumumkan tepat ketika pemimpin AS di Afghanistan, Thomas West, bertemu di Abu Dhabi dengan Taliban. Delegasi Taliban dipimpin oleh menteri pertahanan mereka Mohammad Yaqoob, putra pendiri kelompok Mullah Omar.
West mengatakan, dia mengangkat situasi hak asasi manusia yang memburuk, termasuk perlakuan terhadap perempuan dan anak perempuan, yang telah dicabut pendidikannya sejak Taliban kembali berkuasa.
"Stabilitas ekonomi dan sosial negara dan legitimasi domestik dan internasional Taliban sangat bergantung pada perlakuan mereka terhadap ibu dan anak perempuan Afghanistan," kata West di Twitter-nya.
Taliban mengatakan mereka berencana untuk sepenuhnya menegakkan aspek-aspek hukum Islam termasuk rajam, cambuk dan pemotongan anggota badan dari pencuri.
Amerika Serikat, mulai di bawah pemerintahan mantan presiden Donald Trump, bernegosiasi dengan Taliban untuk mencari jaminan keamanan bagi penarikan pasukan AS. Mereka pergi pada 2021 setelah dua dekade di sana, atas perintah Presiden Joe Biden.
Mediator AS pada awalnya mencari jaminan hak dari Taliban, tetapi dialog tentatif dengan berbagai warga Afghanistan dan pemerintah yang didukung Barat gagal ketika pemberontak dengan cepat merebut negara itu.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News